Universitas Berbasis Kepesantrenan


SKH Kedaulatan Rakyat | Senin, 13 Maret 2017 | Rubrik Opini Halaman 12

Oleh: Fathorrahman Ghufron*

Sebuah pendidikan tinggi baru di Yogyakarta yang diinisiasi Pengurus Wilayah NU (PWNU) Yogyakarta, sudah lahir. Dengan berbekal SK No 529/KPT/I/2016 tentang Izin Pendirian Universitas Nadhlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, di tahun 2017 ini akan memulai proses aktifitas akademiknya. Barangkali banyak pihak bertanya, apa distingsi kehadiran UNU di tengah perguruan tinggi (PT) yang sudah bercerambah di Yogyakarta dan daerah lainnya.

Patut disadari, pesatnya PT yang tumbuh di berbagai daerah, baik yang diinisiasi oleh pemerintah maupun swasta banyak mengedepankan spirit keilmuan. Berbagai kegiatan akademik yang dikelola hanya bersandarkan kepada bagaimana kampus memproduksi ilmu pengetahuan. Akan tetapi, bagaimana ilmu pengetahuan menjadi ilmu kanthi kelakonósebagaimana disitir dalam filosofi Jawaónyaris kurang mendapat perhatian maksimal di berbagai PT yang ada.

Buktinya, berbagai hasil pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang selama ini dikemas dalam kegiatan Tri Dharma PT tidak mengejawantah sedemikian rupa agar mampu membendung perilaku kejahatan yang selama ini marak. Faktornya adalah, ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh Tri Dharma di berbagai PT hanya berhenti pada seberapa banyak bahan ajar dilahirkan, seberapa banyak hasil riset dipublikasikan di jurnal, dan seberapa banyak kegiatan pengabdian dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) dirancang.

Dampaknya, ilmu pengetahuan hanya menjadi menara gading yang justru menciptakan kesenjangan antara ilmu dan amal. Antara karya dengan problem masyarakat, antara kegiatan pengabdian dengan kebutuhan riil yang diinginkan oleh masyarakat.

Spirit Menjembatani

Berangkat dari realitas itu lah, maka UNU Yogyakarta akan memosisikan diri sebagai PT yang ingin selalu menjembatani berbagai kutub yang selama ini terpisah. Dalam spirit ini, UNU akan mendesain berbagai kegiatan akademik yang bisa mempertemukan antara ilmu dan amal tersebut. Sebab, merujuk pada sebuah pepatah Arab, al ‘ilmu bila ‘amalin kal syajari bila tsamarin (ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah). Berbagai literatur yang akan disajikan dalam pembelajaran sekaligus akan dikaji dengan berbagai pendekatan dan metode yang bisa berimplikasi positif kepada penyelesaian masalah.

Pola ini akan mereplikasi tradisi pendidikan yang selama ini sudah dikembangkan di pesantren. Banyak nila-nilai kepesantrenan yang sebenarnya sangat viable dengan kebutuhan masyarakat namun tidak terkelola dengan baik. Dan, agar nilai-nilai kepesantrenan ini bisa menjadi bahan sajian pembelajaran akademik serta kajian ilmiah, UNU akan merancangkan pola inovasi dan kontekstualisasi yang bisa menunjang bagi reproduksi keilmuan yang modern.

Setidaknya, nilai-nilai kepesantrenan yang selama ini masih berupa tacit of knowledge yang dalam lingkup pengalaman sudah berjalan dalam kehidupan masyarakat. Namun ketika ditanya bagaimana melakukan eksperimentasi dan mengkonseptualisasi pengalaman tersebut menjadi sumber bacaan akademik yang bisa diakses banyak kalangan secara lintas batas, yang terjadi adalah ‘kegagapaní. Untuk itu, agar khazanah ini tidak menjadi sebuah kebiasaan yang samar dan rentan dibajak oleh sekelompok orang untuk kepentingan tertentu, maka UNU akan merevitalisasikan nilai-nilai kepesantrenan tersebut dalam kerja explicit of knowledge.

Nilai Kepesantrenan

Melalui revitalisasi nilai-nilai kepesantrenan,UNU akan mengembangkan corak keislaman yang ramah yang sudah diwariskan oleh para ulama Nusantara. Dengan watak moderat, toleransi, keseimbangan, dan berkeadilan yang selama ini sudah dijadikan sebagai pilar aswaja an nahdliyah. UNU akan mereaktualisasikannya ke dalam kegiatan akademik baik di lingkup intra kurikuler, extra kurikuler, dan ko-kurikuler.

Dengan harapan ini, cara kerja ini dapat membendung pesatnya banyak aliran yang condong kepada perilaku eksterisme, baik menyebar dalam wilayah liberalisme maupun fundalisme-radikalisme. Sebab, Indonesia yang selama ini sudah dibangun dengan semangat kenusantaraan yang damai, banyak digempur oleh aliran-aliran luar yang secara sengaja, ingin menghancurkan Indonesia.

Melalui kerja pendidikan, yang tujuannya adalah untuk mencerdaskan bangsa, UNU Yogyakarta akan memosisikan diri sebagai PT yang ingin menggali nilai-nilai kepesantrenan. Yang bisa mendinamisasikan dan mengontekstualisasi perjumpaan antarbanyak kutub. Sekaligus menjembatani berbagai kebutuhan masyarakat dunia yang menginginkan dan merindukan kehidupan yang rahmatan lil ‘alamien.

*Fathorrahman Ghufron, Wakil Katib Syuriyah PWNU Yogyakarta. Pengurus LPPM UNU Yogyakarta.


Komentar