Keren Dikit Dek, Jangan Mental Jamban!
Tertanggal
8 oktober 2016 senada dengan 7 Muharram 1438
Aku
mengikuti bedah buku yang kebetulan diadakan di ruang pameran
perpustakaan. Hari itu Rabu 5 Oktober, dari jam 10-30 sampai 12.30.
Ini bisa dikatakan lucky sih karena kebetulan ada event. Nah
berikut saya sampaikan sedikit cuplikan apa yang saya dapat dari
bedah buku.
On going | Source: Huawei Y5II |
Bukunya
berjudul 'Mentaliti Jamban'. Ditulis oleh abang Khairul Abdullah.
Beliaunya pernah bekerja di Jerman for about 4 years.
Seingatku bidang kerja beliau adalah desainer freelance. Sense
desain kelihatan pada buku yang beliau tulis, buku yang secara
dominan berbicara mengenai kritik sosial atas berbedanya budaya
Malaysia dengan negara lain. Sayangnya budaya Malaysia (yang tidak
jauh beda dengan Indonesia) dalam pandangan beliau semakin lama
semakin memburuk. Buku ini juga memberikan beberapa informasi
mengenai cultrual studies.
Beliau
sering melakukan perjalanan. Beliau juga suka menulis di blog. Nah
kenapa buku ini banyak melukiskan tentang kritik sosial yang pada
dasarnya penulis bukan expert di bidang itu? Beliau hanya
ingin berbagi mengenai kegelisahan yang beliau rasakan. Jadi bisa
dibilang beliau sering menulis mengenai kritik sosial. Mungkin bisa
dilihat blognya di laman khairulabdullah.com. Bagi beliau, sekarang
media untuk publikasi tulisan sudah semakin mudah jadi ide kita perlu
disampaikan.
Kalau
anda membaca buku ini, ada dua hal yang mungkin menarik perhatian.
Satu, penulis banyak menggunakan kata 'dik' dan kedua isi buku ini
tidak banyak menyinggung mengenai student. Ada peserta yang
menanyakan hal tersebut. Penulis menggunakan kata 'dik' karena buku
yang beliau tulis lebih banyak ditujukan pada kalangan muda (yang
lebih muda dari beliau, si penulis sendiri berusia 42 tahun) dan
beliau tidak banyak bersinggungan dengan student selama
berkelana. Di Malaysia bisa dibilang buku mengenai kritik sosial itu
ramai dan kalangan pembacanya adalah anak muda.
Btw,
kalau disini format bedah bukunya agak beda juga dengan di Indonesia
(berbeda dengan format kegiatan yang sering diselenggarakan di kampus
saya). Jadi, moderator (abang Ali Imran) bertanya kepada penulis,
lalu abang Khairul menjawab. Sesi tanya jawab peserta ada juga.
Peserta yang mau bertanya disediakan mikrofon berdiri (stand mic)
di tengah kerumunan tempat duduk. Hm sepertinya hal itu karena tidak
begitu banyak kursi jadi lebih mudah di-set demikian. Disini
juga sempat kutemukan panitia mengingatkan waktu dengan memberikan
note kepada moderator. Hehe.
Bukune cah |Source: Huawei Y5II |
Bab
2, 3 dan 4 berisi tentang baca-tulis. Membaca dan menulis adalah hal
asas dan penting sekali untuk dilakukan. Beliau juga sempat mencuplik
beberapa hal mengenai budaya alay. Saya pribadi juga baru tahu
bahwa di Malaysia ada kebiasaan mengingkat kata-kata, sama seperti
kita menggunakan bahasa alay. Padahal hal seperti ini tidak
umum dalam artian belum tentu semua orang mengerti. Abang Khairul
menyampaikan bahwa orang Jepang itu paham bahasa Inggris cuma mereka
tidak mau menggunakan bahasa Inggris (kecuali kepepet) karena mereka
bangsa bahasa sendiri.
Lah
kita? Udah bahasa Indonesia yang baik dan benar saja engga tahu eh
malah disingkat-singkat dan alay lagi. Aneh :v
Ini
mungkin sedikit jauh dari bahasan umum kita sedari tadi, tapi abang
Kharul sempat menyampaikan mengenai warga negara asing (kalau engga
salah mereka yang hidup di Malaysia). Bahwasanya WNA itu giat dalam
bekerja. Jadi dalam waktu singkat sudah punya usaha. Terus bagi
mereka iphone (maaf sebut merk) itu sebuah prestise, mbuh mau
miskin opo neh kere yang penting hapenya iphone. Gile engga
tuh? :3
Abang
Khairul menyarankan kita untuk backpacker-an. Karena dalam
perjalan kita bisa memiliki pengalaman yang tidak kita dapat di ruang
kuliah. Tentu saja itu karena dalam sebuah perjalanan kita mencoba
berbagai hal hampir semuanya sendiri, by practice atau
learning by doing. Tersesat di jalan itu pun sebuah pembelajaran
karena kita tahu benar setelah tahu salah to. Perjalanan semacam ini
bukan hanya bermaksud untuk mengunjungi tempat destinasi saja, tapi
untuk memperluas wawasan dan pengalaman dengan melihat hal yang
berbeda dari lingkungan kita.
Setiap
orang punya peluang untuk berubah. Setiap orang bisa berubah ke arah
yang lebih baik. Bandingkan kualitas diri kita dengan mereka atau
apapun yang lebih baik karena dengan begitu kita merasa kita jauh
tertinggal dan ada motivasi untuk berubah, untuk berbenah. Kalau kita
membandingkan diri dengan orang atau benda yang lebih buruk,
selamanya kita stagnan dan merasa sudah baik. Anggap saja ini salah
satu pesan moralnya hehe.
Perubahan
dimulai dari diri sendiri, lingkungan sekitar dan perlahan akan
merambat ke lingkup lebih luas. Sepaham saya, diskusi dalam bedah
buku ini menyarankan perubahan bottom up dari
masyarakat kemudian ditindak lanjuti pemerintah. Beberapa
pustakawan perpustakaan UM-lah yang bisa dibilang membawa isu ini
untuk dibicarakan. Keren yak mereka. Aktif dan banyak baca walau
(ehm) usia tidak sepantaran saya wkwk. Lebih tua saya :v
Source: Huawei Y5II |
Pendidikan
di Jerman kata abang bagus. Sejak TK anak-anak telah dilatih untuk
sadar akan aturan, patuh aturan dan belajar bagaimana etika yang baik
(saya rasa ini selaras dengan nilai universal). Sedari awal, orang
Jerman paham akan etika dan aturan. Malaysia harus lebih gencar
merambah ranah ini. Opini penulis, mental masyarakat di negeri ini
kurang baik dan semakin kurang baik, makanya perlu diubah dari hal
yang fundamental. Selain itu pendidikan TK di Jerman (kalau saya
tidak salah menyimak) memang hanya mengarahkan pada pengembangan
hobby tiap anak. Lebih banyak diarahkan bagaimana
mengembangkan potensi yang dimiliki tiap anak daripada hanya menyerap
bahan tekstual yang memusingkan.
Sedikit
info, buku 'Mentaliti Jamban' ini bisa dibilang memiliki dampak yang
luas. Sebab anak-anak disini (Malaysia) sedikit-sedikit mulai
sadar-paham akan etika yang baik dan mereka juga mengguanakan kata
'mental jamban' bagi siapapun yang tindakannya tidak etis. Keren yak
:D
Nah
untuk review bukunya, InsyaAllah saya tulis lain waktu. Mohon doanya
yak. :D
saya suka sekali dengan tulisanmu ini adik Akmal Faradise. Semoga reviewnya segera ditulis dan dipos disini. Oke. Semangat ya. can't wait.
BalasHapuskalau reviewnya insyaAllah saya post disini, untuk ke-segera-annya.... kita lihat nanti he
Hapus