Cuplikan Sejarah dan Sedikit Keuntungan dari Perpustakaan Digital



Kebangkitan Perpustakaan Digital

Perpustakaan digital dapat ditemukan dengan mudah di dunia ini misal lewat suatu konferensi, buku, jurnal dan sebagainya. Perkembangannya  yang sangat pesat membuatnya cepat dikenal.

Secara historis, perpustkaan digital bermula dari diskusi empat tokoh yang memiliki visi mengenai perpustakaan digital kaitannya dengan kebutuhan darurat mereka. Sebuah artikel berjudul ‘As We May Think’ (Seperti yang kita pikirkan) terbit pada Juli 1945 dalam majalah Atlantic Monthly. Pengarangnya adalah Vannevar Bush. Beliau adalah profesor teknik kelistrikan MIT, direktur kantor penelitian dan pengembangan ilmiah amerika, dan presiden carniege institution washington, DC. Bush berkonsentrasi pada tumpah ruah informasi (ledakan informasi/information overload). Dia menawarkan beberapa solusi secara teknologis yang diharapkan dapat diterapkan di masa mendatang. Bush juga membayangkan adanya Memex, sebuah mesin yang menyimpan buku pribadi, mencatat dan berkomunikasi, dan bisa berkonsultasi dengan kecepatan tinggi serta memiliki fleksibilitas yang tinggi. Baginya, Memex dibayangkan sebagai mesin canggih yang menjadi pengelola file pribadi sekaligus perpustakaan.

Douglas Engelbart merupakan salah seorang membaca tulisan Bush dan tertarik dengan gagasan Bush mengenai sebuah mesin yang dapat menolong kognisi orang-orang. Pada tahun 1960an, Engelbart bersama koleganya di Stanford Research Institute mengembangkan ‘hypertext’.

Ted Nelson terpengaruh oleh Bush dan Engelbert. Dia menciptakan istilah ‘hypertext’pada pertengahan 1960an dan menekankan keterhubugan pengetahuan yang bisa disampaikan ‘hypertext’. Proyek Xanadu Nelson digambarkan secara universal, perpustakaan hypertext demokratis dan alat publikasi yang dapat menaruh informasi hingga menjangkau masyarakat. Xanadu pada akhirnya gagal terealisasi namun memberikan pengaruh besar pada perubahan sistem hypertext.

Tim Berners-Lee, konsultan software di Laboratorium Kimia Unsur Eropa CERN Switzerland, menulis program untuk menyimpan informasi menggunakan gabungan acak. Pada akhir 1989 Berners-Lee meningkatkan hypertext lebih jauh dengan mengajukan proyek hypertext yang didesain mengizinkan orang-orang bekerja bersama untuk menggabungkan pengetahuannya; sekaran kita kita World Wide Web.

Ide empat tokoh itu bertujuan pada muara yang sama yaitu dunia sistem informasi terotomatisasi, desain antarmuka, hyperlink dan website, bersamaan dengan pengembangan pemerosesan komputer dan transmisi data. Eksperimen yang mereka lakukan memengaruhi kebijakan institusi mengenai pengorganisasian informasi digital dan memelopori hadirnya perpustakaan digital. Ide mereka setidaknya terealisasi saat ini dimana perpustakaan digital dapat diakses via web.

Ada beberapa institusi yang mencoba proyek perpustakaan digital. Di rentang tahun 1989-1992 Universitas Carnegie Mellon mengadakan proyek ‘kampus berbasis perpustakaan digital’ dengan adanya jurnal artikel jurnal tentang ilmu komputer. Selanjutnya ada CORE (semacam lembaga eksperimen temu kembali online kimia) yang mengalih mediakan 400.000 jurnal kimia terbitan American Chemical Society. 

Pada tahun 1990an mulai banyak penelitian dan ketertarikan profesional pada perpustakaan digital. Salah satu yang awal adalah sebuah workshop bertajuk “Arah Masa Depan Analisis Teks, Temu Kembali dan Pemahaman” yang dihelat di Amerika. Tahun 1994 pertama kali diadakan Inisiasi Perpustakaan Digital (DLI bagian 1) yang diwakili National Science Foundation (NSF), National Aeronautical and Space Agency (NASA), and the Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). DLI 1 mendapat mandat untuk mengembangkan metode koleksi, simpan dan organisasi informasi  dalam bentuk digital dan memungkinkan untuk dicari, ditemu kembali dan diproses secara mudah oleh pengguna lewat jaringan komunikasi. Ada enam proyek penelitian dibawah DLI 1. Tiga diantaranya:

1.      Pengembangan koleksi digital yang besar mengenali lingkungan California yang dilakukan Universitas California Berkeley,

2.      Universitas California Santa Barbara membagi peta dan informasi geospasial yang disebut Proyek Alexandria,

3.      Universitas Canegie Mellon melakukan Proyek Informedia mengenai pencarian ulang video digital,

4.      Repositori jurnal teknik dan ilmiah oleh Universitas Illinois,

5.      Universitas Michigan berfokus kepada agen inteligen untuk lokasi informasi,

6.      Proyek pengembangan mekanisme antar-sistem antara beragam perpustakaan digital oleh Universitas Infobus.

Selanjunya adalah DLI 2 yang diadakan dengan tujuan: secara selektif membangun dan mengembang penelitian di ranah perpustakaan digital, mempercepat pengembangan, pengelolaan dan akses konten dan koleksi digital, membuat kemampuan dan kesempatan baru perpustakaan digital untuk melayani pengguna baru termasuk pada semua tingkat pembelajaran dan mempersar interaksi belajar antara manusi dan perpustakaan digital dalam beragam konteks sosial dan organisasi. Perpustakaan digital juga dikembangkan di berbagai negara seperti Perpustakaan Digital Afrika yang menyediakan informasi digital mengenai pendididikan di Afrika atau Perpustakan Digital Selandia Baru yang meningkatkan akses informasi ke ranah publik atau Perpustakan Digital Child Institute Foundation di Thailand yang mendukung bantuan penguatan ikatan keluaga dan kualitas hidup yang lebih baik bagi anak-anak.

Perpustakaan digital awal mulanya berupa ide beberapa tokoh lewat ranah akademis. Seiring berjalannya waktu, mulai terealisasi konsep yang mereka bayangkan. Dari sekedar ide abstrak menjadi beberapa produk kongkret. Dari itu penelitian dan workshop mengenai perpustakaan digital pun ramai diselenggarakan. Banyak institusi dan negara yang mengembangkan perpustakaan digital. Hari ini kita telah melihat perpustakaan digital secara nyata dan dikaji oleh peneliti lewat berbagai perspektif.

Mengapa Perpustakaan Digital?
Kelebihan perpustakaan digital yang tidak ditawarkan oleh perpustakaan tradisional:

1.      Perpustakaan digital bisa menyediakan akses informasi lewat jaringan distributif, 

2.      Tidak harus selalu gedung,

3.      Dapat diakses dari mana saja dan kapan saja,

4.      Dapat berkomunikasi secara langsung dengan perpustakaan digital,

5.      Tidak akan ditemukan masalah koleksi sedang dipinjam, masih dalam dalam masa preservasi, salah rak atau dicuri,

6.      Meningkatkan fitur pencarian, pengunduhan dokumen, atau salin tempel antar dokumen,

7.      Mendukung pembelajaran jarak jauh,

8.      Dapat menyimpan koleksi lebih besar, menekan biaya penyimpanan, lebih mampu ditemu kembali,

9.      Koleksi digital ‘lebih mudah’ dipreservasi.

Source:
Tedd, Lucy A. and Large, Andrew. (2005). Digital Libraries:Principles and Practice in a Global Environment. Munchen: K.G. Saur.

Komentar