Lagi, Membaca Jogja Jilid Delapan

Poster Kegiatan | Sumber: Panitia
Sabtu ini tanggal 4 Mei. 2019 mulai memasuki masa pertengahan. Senin depan udah mulai Ramadhan. Sementara kegiatan ngga ada tanda-tanda penurunan. Ya udah nikmati saja.

Teman-teman ALUS kembali mengadakan ‘Jogja Membaca’. Kali ini bertempat di PKKH UGM. Wah berarti sudah delapan tahun ya annual event ini diselenggarakan. Sejak JM4, saya selalu menyempatkan untuk hadir. Yang bagi saya menarik tiap hadir ke accara ini adalah teman-teman yang pergi bareng selalu beda. Dan yang cukup saya sayangkan tahun ini, saya ngga sempet pesan kaos JM8. Hadeh.

Pagi tadi saya bersama Arya dan Fauzan, teman sekelas MIP, janjian ketemu di PKKH. Saya sebarkan pamflet kegiatan JM8 di grup kelas dan beberapa ada yang tertarik. Sebenarnya bisa dibilang kami salah jadwal. Pagi sampai siang adalah sesi kelas, workshop dengan peserta terdaftar dan terbatas. Berhubung kami tidak mendaftar sebelumnya, tentu kami tidak berani nyelonong masuk. Padahal materi kelasnya asik.

Kami memilih untuk sekedar mengitari venue. Ada bazar buku disana. Windu, adik kelasku yang kebagian tugas dokumentasi, mendampingi kami bertiga. Buku-buku yang ada mayoritas menarik minat saya. Tapi dengan budget terbatas, saya perlu memilih satu yang tepat. Saya memutuskan pada salah satu buku, namun tidak langsung membeli. Rencana nanti ketika kembali lagi ke venue. Buku itu merupakan kumpulan tulisan dari beberapa penulis sastra ternama, judulnya ‘Menulis Itu Indah’. Nama-nama besar seperti Albert Camus, Jean-Paul Sartre, dan Octavio Paz bisa kita baca tulisannya di buku tersebut. Mungkin semacam bunga rampai ya.

Tidak cuma buku yang bisa dibeli, ada pula buku bacaan gratis. Fasilitas baca buku gratis disediakan oleh Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman dan dua lagi saya tidak ingat. Buku yang mereka tampilkan menarik, meski saya pribadi sudah sangat sering melihat/membacanya wkwk.

JM8 dimaksudkan sebagai kegiatan sehari penuh, dari pagi hingga malam. Rangkaian acaranya banyak. Kami tentu tidak bisa ikuti semuanya. Kami putuskan ke asrama Cemaralima dulu untuk break sembari mengerjakan tugas. Talkshow yang menghadirkan Agus Mulyadi (Mojok.co) dan Fatimah AzZahrah (Cabaca.id) menarik perhatian kami untuk kembali lagi pada jam 2 siang.

Apa yang Agus Mulyadi dan Fatimah AzZahrah sampaikan? Here’s my highlight.

Talkshow ini dinahkodai oleh Wahyu, adik kelasku yang baru sidang Jumat kemarin. Wahyu mengawali diskusi dengan memantik mengenai berbagai aspek literasi digital. Apa yang saya dapat, berikut ringkasannya yang saya bagi per tema. Mas Agus saya kasih warna biru, dan mba Fatimah warna pink. Hmm bias warna gender-kapitalis? Iya maap deh kalau gitu haha. Semoga bermanfaat!

Apa pendapat kalian mengenai privasi? Kalau saya sih bodo amat sama privasi. Karena saya lahir di lingkungan keluarga yang yah ... belum literet dan kita tidak pernah membicarakan hal tersebut. Tapi sebenarnya privasi itu penting, apalagi kaitannya dengan media sosial. Cuma bagaimana menjaga privasi masing-masing itu tiap orang berbeda.

Kebebasan berekspresi. Saya mulai nge-blog sejak 2009. Dan saya merasa sudah lahir di era kebebasan berekspresi. Jadi tidak ada banyak komentar untuk itu. Lagipula sekarang semua bisa mengekpresikan idenya. Menulis, misal. Mediumnya sudah banyak. Tinggal bagaimana kita memulainya.

UU ITE. Mojok lahir pada 2014 dari kegelisahan teman-teman saya. Mereka punya tulisan bagus di status media sosial, tapi sebenarnya tidak layang tayang di media cetak. Mojok hadir mewadahi itu semua. Kita wadahi tulisan nakal, yang isinya bagus, meski tentu tidak sesuai kaidah penulisan baku. Karena itu pula, sampai hari ini Mojok tidak terdaftar di depan pers. Sejauh ini belum pernah berurusan dengan UU ITE, kami lebih banyak urus hal ‘keresahan personal’. Begitupun dengan Cabaca, belum pernah bersinggungan dengan UU ITE. Mungkin karena konten kami fiksi, relatif tidak menyinggung orang. Oh iya, ini hal penting yang perlu dicatat: tidak semua hal yang benar itu harus/layak dipublikasikan.

Pelanggaran HKI. Salah satu bentuknya mungkin pencurian dan penyalah-gunaan karya. Dicuri ngga masalah. Berarti karya kami bernilai tinggi/berharga. Toh juga misal infografis banyak disebar, kan kami untung. Logo Mojok tertera disitu dan kemana-mana. Lagipula, pelanggaran tersebut saat ini sudah tidak terhindari. Biasanya setiap media sudah hpunya antisipasinya. Jika karyamu telah memiliki tempat di hati pembaca, dan kemudian ada pelanggaran HKI atasnya, biasanya penikmat karyamu akan memberitahumu.

Last, aktivisme sosial di era digital. Hal-hal yang ada di dunia digital hari ini mudah untuk mengubah banyak hal di dunia sosial real-life. Misal saja jurnalisme warga. Hari ini sangat berpengaruh apalagi memang ada medianya.

Oh iya, ini beberapa hal yang mungkin bikin greget kalau kita renungkan.
  • Orang Indonesia itu kurang baca, banyak/gampang komen.
  • Ketika anak maen hape (apalagi adiktif) itu sebenarnya tanggung jawab kita. Kalau memang mereka belum waktunya, kenapa kita berikan akses? Kita mungkin sering bilang generasi setelah kita itu generasi goblok karena hapean terus ngga tahu waktu atau ngga bisa memanfaatkan dengan baik. Padahal yang mereka lakukan adalah meniru kita. Berarti, kita yang goblok kan ya?

QOTD. Bekal utama bikin sosmed itu bukan e-mail tapi mental untuk tidak mudah tersinggung. Jangan mudah tersinggung di sosmed. Gunakan sosmed dengan baik.

Epilog.

Kalian paham ngga sama format ini? Mungkin membingungkan tapi saya iseng coba model tulisan yang ‘baru’ untuk saya. Jadi pada intinya, ide mereka saya  serap kemudian saya parafrasa dan diidentifikasikan dengan warna. Bukan dari siapa pengetahun ini didapat atau bagaimana pengalaman membaca tulisan ini, tapi apa yang penting kita ketahui (dari talkshow tadi) itulah yang mau saya sampaikan. Tulisan ini masih berantakan, masih memusingkan saya rasa. Tapi mencoba hal  baru selalu asik kok haha.
 
Seeya on the next blog post!



Komentar