Hanya Cerita Hari Kemarin
13 Oktober 2015 senada dengan 29 Dzul Hijjah 1436 H
Mungkin tak ada yang benar-benar berbeda. Bagiku tak ada
istilah latepost. Sebab aku hanya perlu menulis moment yang lewat. Ini bukan
berita, ini kenangan di hariku yang telah lewat agak lama. Hari itu aku kuliah
seperti biasa. Dimulai dari teknik penulisan (bekal untuk proposal dan
skripsiku) dan psikologi pemakai (bekal untuk memahami keberagaman pemustaka).
Oh ya, makul teknologi media kosong. Hehehe. Disitu kali yang enggak biasa.
Yap kuliah adalah rutinitas biasanya. Namun sehat selama
aktifitas adalah nikmat yang selalu perlu kusyukuri. Hal yang biasa kita alami
dan harus biasa kita ingat pentingnya.
Sejujurnya aku punya masalah. Jika terlalu lama suatu moment
tak kutulis, ia akan luntur dari ingatan. Terus luntur, luntur dan hingga
menjadi kabur. Tak heran saat Sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu mengatakan
bahwa penting sekali mengikat ilmu dengan menuliskanna. Ingatan juga sama,
untuk tak membuatnya kabur maka harus dituliskan. Sederhana, itu adalah cara
karena manusia memang pelupa.
By the way, hariku enggak benar-benar biasa kala itu. Ada
yang berbeda, sedikit terencana. Sedikit tidak.
Sore hari. Kusempatkan untuk ke perpustakaan. Katanya,
menjaga silaturrahmi itu penting. Demi tujuan itu, kulangkahkan kaki yang malas
ini. Ada rombongan dari Universitas Brawijaya Malang. Dan baiknya mereka adalah
teman dengan jurusan yang sama, Ilmu Perpustakaan.
Ada Dian dan teman-teman berkunjung. Sekitar 80 orang kalau
tidak salah. Kalau salah berarti nilainya 1, setengahnya. Wakwak.
Mereka ke UIN Suka untuk mengunjungi perpustakaan kami. Ya
kuantar mereka, anggap saja guide, ke perpustakaan tepatnya ke ruang teatrikal
untuk di briefing. Tak disangka ada sesi kenang-kenangan juga, daari HIMA IP UB
ke BEM J kami. Mas Satria, sebagai perwakilan pun maju untuk menerima vendel.
Diakhir, kami semua foto bareng.
Habis itu, rutinitasku masih lanjut. Rapat liberty, tepatnya
evaluasi makrab. Agak lama juga. Dari sore hingga maghrib. Dan berakhir
dramatis pula. Ada scene nangisnya gitu. Aku ketawa sekaligus bangga sama
temen-temen.
Saat isya, aku ngajakin temen-temen untuk nongkrong bareng di
sebuah warung kopi. Ya entahlah. Ada inisiasi dari seorang kawan. Saat semua
setuju, kami cus ke lokasi.
Situasi santai mungkin membuat semua mengeluarkan berbagai
hal yang disimpan. Banyak cerita bersama teman-teman malam itu. Pada intinya,
candaan yang dadakan serba tak formal inilah yang membuat jurang pemisah antar
personil semakin menutup dan semangat memajukan organisasi bisa terus muncul.
Kawan, aku bangga kalian. Tuhan, terima kasih atas hari yang kau berikan.
Salam.
Komentar
Posting Komentar