WKM OMIP Liberty Chapter Dua

Tertanggal 25 Pebruari 2017 senada dengan 28 Jumadal Ula 1438

Happy Weekend πŸ˜ƒ

Kurasa itu adalah ungkapan yang tepat di minggu ini. Jumat kemarin, tim futsal kelasku bertengger di posisi satu setelah menggasak tim lain. Sabtu kemarin, aku mengikuti kegiatan WKM bersama teman-teman OMIP Liberty.

WKM (Wajib Kunjung Museum) merupakan sebuah program dari Dinas Kebudayaan untuk mendekatkan museum dengan masyarakat. Nah teman-teman pengurus mengajukan permohonan untuk dapat berpartisipasi dalam acara ini. Akhirnya, kami bisa mengunjungi tiga museum yang ada di daerah DIY; Museum Sandi, Museum Rumah Budaya Tembi dan Museum Bahari.

Museum Sandi

Tampak Depan Museum Sandi, Ada yang unik sih hihi
Sandi yang dimaksud disini adalah kode. So, isi didalamnya berupa informasi seputar kode. Banyak informasi tentang persandian dan peran persandian disimpan disini, selaras dengan tujuan adanya museum ini yaitu memperkenalkan sandi kepada masyarakat. Museum Sandi bersebelahan dengan Balai Bahasa Yogyakarta. Lokasi spesifiknya bisa mapping

Fasilitas di museum ini cukup banyak. Beberapa diantaranya ada aula, gazebo, dan guest huose. Bahkan ada juga perpustakaan dengan ruang baca yang asyik. Kemarin belum sempat kucoba, tunggu lain waktu ehehe. Sewaktu tour, kami didampingi oleh mas Tampil dan mas Iqbal. Mas Tampil merupakan alumni S1 Kearsipan UIN dan S2 konsentrasi Permuseuman (eh kampusnya dimana?). Terbagi dalam dua kelompok, kami pun menyusuri setiap ruang di museum ini.

Museum Sandi terbagi dua lantai. Aku mengikuti kelompok yang didampingi mas Iqbal dan kami melihat-lihat lantai dua dahulu. Disana ada ruang berisikan informasi mengenai kepala-kepala museum yang pernah menjabat. Salah satu tokohnya ada dr. Roebiono Kertopati. Salah satu quoet beliau yang menurutku keren adalah:

Ingatlah bahwa

Kechilafan satu orang sahaja

Tjukup sudah menjebabkan keruntuhan negara

Kaitannya dengan sandi, kena sekali kan?

Sandi merupakan sebuah informasi penting. Karena itu perlu dijaga. Dari ini aku juga tahu bahwa sedari dulu, pada masa perjuangan, sandi sudah digunakan sebagai komunikasi vital, komunikasi khusus antar dua pihak. Eh tapi, sampai sekarang pun kalian semua tetap memakainya bukan? Itu tuh sandi buat ngamanin hp dari tangan jahil temen yang suka ngebajak. Wkwk.

Selain ruang kepala, di lantai dua ada juga ruangan yang isinya informasi mengenai sandi dalam kancah internasional. Ada beberapa sejarah negara-negara di dunia yang kaitannya dengan sandi. Beberapa alat pensandian juga ada disini.

Macam ini sandinya
Mas Iqbal juga mengajak kami main sandi geser. Saat masuk museum tadi, masing-masing dari kami mendapat replika sandi geser. Sandi geser terdiri dari baris kata terang/asli (bagian atas) dan baris kode (bagian bawah, berupa alfabet yang diulang sekali) Nah game yang diberikan adalah mengubah kata asli ke sandi atau sebaliknya. Aku berhasil mengubah nama Roebiono Kertopati menjadi sandi yang bunyinya XUKHOUTU QKXZUVGZO (kuncinya A=G). Dek Ros berhasil mengubah sandi ke suatu istilah yang kalau tidak salah berbunyi Stana Purosakta Bakti (apa iya tulisane begini?). Arti istilah itu adalah ‘tempat mengabdikan kerahasiaan’.


Lantai satu museum ini nuansanya Indonesia karena lebih banyak memuat informasi berkenaan persandian di Yogyakarta dan semasa perjuangan kemerdekaan. Walaupun alat-alat sandi seperti telepon pengubah suara ke sandi juga ada disini. Oh ya, ternyata Sekolah Tinggi Sandi Nasional itu ada kawan. Tertarik masuk? Tentu sekolah ini ada untuk mengawal kaderisasi persandian di Indonesia.

Kami sempat menonton film dokumenter. Sejarah tentang pensandian sudah dimulai berabad silam. Dapat dibuktikan dengan Mesir dan hioreglifnya, Mesopotamia yang membuat tablet berbahan gerabah berisi informasi, Phoenisia (1600 SM) yang merupakan cikal-bakal alfabet, bangsa Yahudi yang membuat Cipler dan Yunani yang menggunakan sandi untuk menyimpan rahasia strategi perang. Pada intinya, sandi itu berdasarkan kesepakatan antara pembuat dan penerima. Jadi coding dan decoding bisa sesuai.

Museum Rumah Budaya Tembi

Saya pernah berkunjung ke perpustakaan ini beberapa waktu lalu. Tepatnya di semester empat. Tugas kuliah mengharuskan saya ke Tembi. Namun dahulu saya hanya mengunjungi perpustakaannya saja. Disana saya berkenalan dengan bu Eta, pustakawan Perpustakaan Tembi. Di WKM kali ini, saya pun bertemu dengan beliau.

Koleksi Museum Tembi
Museum Rumah Budaya Tembi adalah bagian dari Rumah Budaya Tembi. Saat ke lokasi ini kami diajak berkeliling ke beberapa kompleks Tembi. Pertama adalah rumah inap. Rumah ini merepresentasikan perpindahan sang pendiri dari satu daerah ke daerah lain. Oh ya, ketika kami berkunjung, Tembi sedang mempersiapkan acara pernikahan yang akan dilangsungkan esok hari. Tembi juga menyediakan kolam renang lo kawan. Kalau kalian mau berenang, disini ada kolam renang yang eksotis. 

Bagian kedua, saya rasa adalah ruang utama. Disini banyak menyimpan koleksi yang berkenaan dengan etnografi Jawa. Semacam representasi budaya Jawa. Ada replika ruang pengantin, porselen, senjata, wayang dan masih banyak lagi.

Bagian akhir yang kami kunjungi adalah ruang galeri. Disini banyak dipajang karya lukisan. Saya tidak paham artinya sih, beberapa abstrak dan unik. Tapi bagaimanapun saya tertarik dengan lukisannya. Bagus. Beberapa saya foto.

Museum Bahari

Last trip kami adalah Museum Bahari. Kalau lihat museum ini, jadi ingat kembali museum serupa yang pernah saya kunjungi di Malaysia. Dan saya tebak, isinya tidak jauh berbeda.

"Pasukan kita akan menyerang kapal Mugiwara, bersiap"
Sampai di lokasi, kami mendapat briefing oleh Bapak Sutrisna yang menjadi tour guide disana. Museum Bahari didirikan di atas tanah Laksamana Madya (Purn) Didik Heru Purnomo (sang pendiri) pada 25 April 2009. Tepatnya ini memang rumah beliau. Tujuan didirikan museum ini adalah memberikan wawasan bahari kepada masyarakat. Jadi museum ini memang memuat banyak informasi tentang kelautan. Saya rasa hal itu memang terlihat dari desain dan interior museum yang terlihat seperti kapal. Saat saya masuk, kesan lautinya terasa sekali. Bentuk bangunan mirip kapal dan banyak gambar pelabuhan. 

Museum ini terbagi pada beberapa ruang. Satu yang tidak kami kunjungi adalah ruang audiovisual. Sisanya, kami jabanin. Wawahaha. Kami juga sempat menonton film dokumenter di bagian luar museum. He.

Ada ruang souvenir di lantai satu. Berisi banyak barang unik. Sebagian besar bentuknya porselen sih. Kalau di lantai dua, lebih beragam. Ada torpedo, piala-piala, replika kapal, lencana kepangkatan, perangko, makanan khusus tentara dan masih banyak lagi. 

Bagian paling seru adalah ketika kami menaiki bagian anjungan. Disana ada replika ruang kemudi. Di ruang kemudi ada alat komunikasi dan navigasi. Tentu untuk mengawasi rute perjalanan agar tetap sesuai tujuan dan berkoordinasi dengan pihak yang dibutuhkan. Dari ruang ini pula kita bisa mengoreksi kinerja mercusuar dan kekuatan gravitasi.

Diatas ruang navigasi ada atap, tempat mengibar bendera. Aku dan teman-teman naik keatas dan melakukan foto ala-ala scene film Titanic haha. Seru. Anginnya segar. Dari sini terlihat semua bagian depan museum. Apalagi dibagian bawah terlihat replika senjata dan torpedu. Wahaha serasa jadi Marine aku, anggap saja saya Akainu wkwk.


Nah itulah sedikit cuplikan kegiatan kami kemarin. Semoga bermanfaat dan mari kunjungi musuem πŸ˜ƒ

Tokoh-tokoh Persandian (Museum Sandi)

Mesin-mesin  Persandian (Museum Sandi)

Sandi Geser

Siswa STSN hiihii (Museum Sandi)

Mempertahankan Eksitensi (Museum Sandi) | Haidar's Camera

Koleksi Etnografi 1 (Museum Tembi)

Koleksi Etnografi 2 (Museum Tembi)


Red Puma po opo iki wkkw (Museum Tembi)

Bingung? Iya disitu seninya wkwk (Museum Tembi)

Party at museum (Museum Tembi) | Haidar's Camera

Torpedo (Museum Bahari)

Pengen Baca (Museum Bahari)

Keren binggo (Museum Bahari)

Lencana (Museum Bahari)

Makanan Khusus Prajurit (Museum Bahari)

Patung Liberty (Museum Bahari)

Jajaran Admiral (Museum Bahari) |Haidar's Camera

We Are OMIP Liberty (Museum Bahari) | Haidar's Camera

Komentar