WKM OMIP Liberty Chapter Dua
Happy Weekend π
Kurasa itu adalah ungkapan yang tepat di minggu ini. Jumat
kemarin, tim futsal kelasku bertengger di posisi satu setelah menggasak tim
lain. Sabtu kemarin, aku mengikuti kegiatan WKM bersama teman-teman OMIP
Liberty.
WKM (Wajib Kunjung Museum) merupakan sebuah program dari
Dinas Kebudayaan untuk mendekatkan museum dengan masyarakat. Nah teman-teman
pengurus mengajukan permohonan untuk dapat berpartisipasi dalam acara ini.
Akhirnya, kami bisa mengunjungi tiga museum yang ada di daerah DIY; Museum
Sandi, Museum Rumah Budaya Tembi dan Museum Bahari.
Museum Sandi
Tampak Depan Museum Sandi, Ada yang unik sih hihi |
Sandi yang dimaksud disini adalah kode. So, isi didalamnya
berupa informasi seputar kode. Banyak informasi tentang persandian dan peran
persandian disimpan disini, selaras dengan tujuan adanya museum ini yaitu
memperkenalkan sandi kepada masyarakat. Museum Sandi bersebelahan dengan Balai
Bahasa Yogyakarta. Lokasi spesifiknya bisa mapping.
Fasilitas di museum ini cukup banyak. Beberapa diantaranya
ada aula, gazebo, dan guest huose. Bahkan ada juga perpustakaan dengan ruang
baca yang asyik. Kemarin belum sempat kucoba, tunggu lain waktu ehehe. Sewaktu tour,
kami didampingi oleh mas Tampil dan mas Iqbal. Mas Tampil merupakan alumni S1
Kearsipan UIN dan S2 konsentrasi Permuseuman (eh kampusnya dimana?). Terbagi
dalam dua kelompok, kami pun menyusuri setiap ruang di museum ini.
Museum Sandi terbagi dua lantai. Aku mengikuti kelompok yang
didampingi mas Iqbal dan kami melihat-lihat lantai dua dahulu. Disana ada ruang
berisikan informasi mengenai kepala-kepala museum yang pernah menjabat. Salah
satu tokohnya ada dr. Roebiono Kertopati. Salah satu quoet beliau yang
menurutku keren adalah:
Ingatlah bahwa
Kechilafan satu orang sahaja
Tjukup sudah menjebabkan keruntuhan
negara
Kaitannya dengan sandi, kena sekali kan?
Sandi merupakan sebuah informasi penting. Karena itu perlu
dijaga. Dari ini aku juga tahu bahwa sedari dulu, pada masa perjuangan, sandi
sudah digunakan sebagai komunikasi vital, komunikasi khusus antar dua pihak. Eh
tapi, sampai sekarang pun kalian semua tetap memakainya bukan? Itu tuh sandi
buat ngamanin hp dari tangan jahil temen yang suka ngebajak. Wkwk.
Selain ruang kepala, di lantai dua ada juga ruangan yang
isinya informasi mengenai sandi dalam kancah internasional. Ada beberapa
sejarah negara-negara di dunia yang kaitannya dengan sandi. Beberapa alat
pensandian juga ada disini.
Macam ini sandinya |
Mas Iqbal juga mengajak kami main sandi geser. Saat masuk
museum tadi, masing-masing dari kami mendapat replika sandi geser. Sandi geser
terdiri dari baris kata terang/asli (bagian atas) dan baris kode (bagian bawah,
berupa alfabet yang diulang sekali) Nah game yang diberikan adalah mengubah
kata asli ke sandi atau sebaliknya. Aku berhasil mengubah nama Roebiono
Kertopati menjadi sandi yang bunyinya XUKHOUTU QKXZUVGZO (kuncinya A=G). Dek
Ros berhasil mengubah sandi ke suatu istilah yang kalau tidak salah berbunyi
Stana Purosakta Bakti (apa iya tulisane begini?). Arti istilah itu adalah
‘tempat mengabdikan kerahasiaan’.
Lantai satu museum ini nuansanya Indonesia karena lebih
banyak memuat informasi berkenaan persandian di Yogyakarta dan semasa
perjuangan kemerdekaan. Walaupun alat-alat sandi seperti telepon pengubah suara
ke sandi juga ada disini. Oh ya, ternyata Sekolah Tinggi Sandi Nasional itu ada
kawan. Tertarik masuk? Tentu sekolah ini ada untuk mengawal kaderisasi
persandian di Indonesia.
Kami sempat menonton film dokumenter. Sejarah tentang
pensandian sudah dimulai berabad silam. Dapat dibuktikan dengan Mesir dan
hioreglifnya, Mesopotamia yang membuat tablet berbahan gerabah berisi
informasi, Phoenisia (1600 SM) yang merupakan cikal-bakal alfabet, bangsa
Yahudi yang membuat Cipler dan Yunani yang menggunakan sandi untuk menyimpan rahasia
strategi perang. Pada intinya, sandi itu berdasarkan kesepakatan antara pembuat
dan penerima. Jadi coding dan decoding bisa sesuai.
Museum Rumah Budaya Tembi
Saya pernah berkunjung ke perpustakaan ini beberapa waktu
lalu. Tepatnya di semester empat. Tugas kuliah mengharuskan saya ke Tembi.
Namun dahulu saya hanya mengunjungi perpustakaannya saja. Disana saya
berkenalan dengan bu Eta, pustakawan Perpustakaan Tembi. Di WKM kali ini, saya
pun bertemu dengan beliau.
Koleksi Museum Tembi |
Museum Rumah Budaya Tembi adalah bagian dari Rumah Budaya
Tembi. Saat ke lokasi ini kami diajak berkeliling ke beberapa kompleks Tembi.
Pertama adalah rumah inap. Rumah ini merepresentasikan perpindahan sang pendiri
dari satu daerah ke daerah lain. Oh ya, ketika kami berkunjung, Tembi sedang
mempersiapkan acara pernikahan yang akan dilangsungkan esok hari. Tembi juga
menyediakan kolam renang lo kawan. Kalau kalian mau berenang, disini ada kolam
renang yang eksotis.
Bagian kedua, saya rasa adalah ruang utama. Disini banyak
menyimpan koleksi yang berkenaan dengan etnografi Jawa. Semacam representasi
budaya Jawa. Ada replika ruang pengantin, porselen, senjata, wayang dan masih
banyak lagi.
Bagian akhir yang kami kunjungi adalah ruang galeri. Disini
banyak dipajang karya lukisan. Saya tidak paham artinya sih, beberapa abstrak
dan unik. Tapi bagaimanapun saya tertarik dengan lukisannya. Bagus. Beberapa
saya foto.
Museum Bahari
Last trip kami adalah Museum Bahari. Kalau lihat museum ini, jadi ingat kembali
museum serupa yang pernah saya kunjungi di Malaysia. Dan saya tebak, isinya
tidak jauh berbeda.
"Pasukan kita akan menyerang kapal Mugiwara, bersiap" |
Sampai di lokasi, kami mendapat briefing oleh Bapak
Sutrisna yang menjadi tour guide disana. Museum Bahari didirikan di atas tanah
Laksamana Madya (Purn) Didik Heru Purnomo (sang pendiri) pada 25 April 2009.
Tepatnya ini memang rumah beliau. Tujuan didirikan museum ini adalah memberikan
wawasan bahari kepada masyarakat. Jadi museum ini memang memuat banyak
informasi tentang kelautan. Saya rasa hal itu memang terlihat dari desain dan
interior museum yang terlihat seperti kapal. Saat saya masuk, kesan lautinya
terasa sekali. Bentuk bangunan mirip kapal dan banyak gambar pelabuhan.
Museum ini terbagi pada beberapa ruang. Satu yang tidak kami
kunjungi adalah ruang audiovisual. Sisanya, kami jabanin. Wawahaha. Kami juga sempat
menonton film dokumenter di bagian luar museum. He.
Ada ruang souvenir di lantai satu. Berisi banyak barang unik.
Sebagian besar bentuknya porselen sih. Kalau di lantai dua, lebih beragam. Ada
torpedo, piala-piala, replika kapal, lencana kepangkatan, perangko, makanan
khusus tentara dan masih banyak lagi.
Bagian paling seru adalah ketika kami menaiki bagian
anjungan. Disana ada replika ruang kemudi. Di ruang kemudi ada alat komunikasi
dan navigasi. Tentu untuk mengawasi rute perjalanan agar tetap sesuai tujuan
dan berkoordinasi dengan pihak yang dibutuhkan. Dari ruang ini pula kita bisa
mengoreksi kinerja mercusuar dan kekuatan gravitasi.
Diatas ruang navigasi ada atap, tempat mengibar bendera. Aku
dan teman-teman naik keatas dan melakukan foto ala-ala scene film
Titanic haha. Seru. Anginnya segar. Dari sini terlihat semua bagian depan
museum. Apalagi dibagian bawah terlihat replika senjata dan torpedu. Wahaha
serasa jadi Marine aku, anggap saja saya Akainu wkwk.
Nah itulah sedikit cuplikan kegiatan kami kemarin. Semoga
bermanfaat dan mari kunjungi musuem π
Tokoh-tokoh Persandian (Museum Sandi) |
Mesin-mesin Persandian (Museum Sandi) |
Sandi Geser |
Siswa STSN hiihii (Museum Sandi) |
Mempertahankan Eksitensi (Museum Sandi) | Haidar's Camera |
Koleksi Etnografi 1 (Museum Tembi) |
Koleksi Etnografi 2 (Museum Tembi) |
Red Puma po opo iki wkkw (Museum Tembi) |
Bingung? Iya disitu seninya wkwk (Museum Tembi) |
Party at museum (Museum Tembi) | Haidar's Camera |
Torpedo (Museum Bahari) |
Pengen Baca (Museum Bahari) |
Keren binggo (Museum Bahari) |
Lencana (Museum Bahari) |
Makanan Khusus Prajurit (Museum Bahari) |
Patung Liberty (Museum Bahari) |
Jajaran Admiral (Museum Bahari) |Haidar's Camera |
We Are OMIP Liberty (Museum Bahari) | Haidar's Camera |
Komentar
Posting Komentar