ICoASL 2017 A Momentum
Tertanggal 6-19 Mei 2017 senada 9-22 Sya’ban 1438
Tipe Mahasiswa yang Suka Eksis dengan Dosen | Windhi Phone |
Menurut pengalaman, mahasiswa terbagi pada beberapa spesies.
Ada yang kerjaannya kuliah doang. Ada yang kerjaannya rapat (kegiatan
non-akademik) doang. Dan ada mahasiswa yang menyeimbangkan diantara keduanya.
Sebut saja saya tipe ketiga.
Sejak pertama masuk kuliah, saya sudah belajar berorganisasi.
Awalnya hanya satu, makin lama kok ya makin numpuk? Kegiatan dan tanggung jawab
mulai bejibun, seakan berbanding lurus dengan tugas kuliah. Sisi baiknya,
berorganisasi membuat saya bisa merasakan indahnya kebersamaan dan karena
organisasi pula beberapa karakter kurang baik bisa tergerus. Sisi buruknya,
saya jenuh dan ingin memiliki waktu sendiri (Me Time) yang lebih panjang. Saya merasa ingin hanya fokus ngulik
wacana-wacana perpustakaan karena pada dasarnya saya academic orientied.
Tapi hidup tidak bisa egois begitu. Seingat saya, posisi seperti
ini pernah terjadi sebelumnya. Semasa Tsanawiyah dan Aliyah, saya sering
berkutat dengan dua hal; akademik dan organisasi. Rasanya tidak perlu alasan
untuk mengeluh. Hanya perlu cara yang lebih baik untuk mengelola waktu.
Salah satu lingkungan organisasi saya adalah prodi. Sebagai
mahasiswa IP, saya sering terlibat kegiatan jurusan. Setiap semester, setiap
tahun. Baik kegiatan tersebut ber-sekop lokal maupun nasional. Tahun ini, di
masa-masa akhir semester tua, saya kembali terlibat dengan acara jurusan.
Udah Siap |
Tanggal 10-12 Mei lalu, saya dan teman-teman mahasiswa IP
ikut membantu kegiatan International Conference of Asian Special Library
(ICoASL 2017) ke-5. Dua tahun lalu, saya sudah diberi tahu ketua panitia
(Maknyak Labibah Zain) bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah ICoASL pada
tahun 2017 dan mahasiswa perlu terlibat dalam kegiatan.
Acara sudah selesai. Bisa search di google dengan keyword ‘ICoASL
2017’, pilih bagian berita. InsyaAllah bakal bertebaran, utamanya dari web UIN
SUKA dan Media Indonesia (sebagai media partner). Di blog ini, saya hanya
bercerita pengalaman saya selama kegiatan. Tentu dari sudut pandang Akmal
Faradise.
Mungkin baiknya dimulai dari persiapan. Selama sekitar
sebulan sebelum, panitia banyak melakukan persiapan teknis detil. Sering ada
rapat. Sering juga riwa-riwi. Oh ya, panitia tergabung dari beberapa elemen;
panitia internasional, panitia nasional dan panitia tuan rumah (UIN SUKA,
Perpustakaan UIN SUKA dan Prodi IP). Banyak kan? Engga juga. Hanya SDM terbaik
saya yang join. Kenapa? Tentu karena kegiatan ini berkelas internasional dan
kita akan mengakomodir peserta dari berbagai negara.
With Revi Kuswara | Panitia Phone |
Acara ini berlangsung selama tiga hari. Dua hari pertama ada parallel
session dan hari terakhir cultural visit. Parallel session adalah
kegiatan presentasi paper dari peserta. Ada sesi tanya jawab dengan audien.
Waktunya tidak panjang. Hanya Sekitar satu jam, diatur oleh moderator. Parallel
session berlangsung dari pagi sampai sore, jeda rehat hanya digunakan untuk lunch,
coffe break dan shalat (bagi muslim/ah).
Di setiap ruang parallel session, ada Penanggung Jawab
Ruangan (PJR) yang bertugas untuk mengawasi dan mengontrol hal teknis selama parallel
session berlangsung. Saya pernah bertugas di bagian ini. So, saya tahu kondisi
ruang parallel seperti apa. Setidaknya ada bekal jika lain waktu dapat
kesempatan present paper haha. Parallel session terbagi pada tiga tempat; CH
lantai 1, dan ruang rapat PAU lantai 1 dan 2.
Malam tanggal 9 (sebelum acara keesokan harinya) ada welcoming
dinner. Bisa dibilang ini merupakan upacara penyambutan tamu. Tapi saya
tidak bisa ikut karena harus set-up lokasi dan memastikan semua clear
untuk esok hari. Kamis malam juga ada juga ada Gala Dinner. Lagi-lagi saya
tidak bisa ikut karena harus membereskan lokasi. Aku mah apa. Malu atuh
kalau harus gabung dengan mereka yang keren-keren itu (peserta, panitia
nasional, BPAD dan Invited Speakers).
Prodi kami punya acara tahunan; pameran IDKS. Sebuah pameran
untuk memperkenalkan budaya lokal dengan cara yang menarik. Pameran ini juga
sebagai langkah preservasi. Nah pada tahun ini, pameran IDKS merger
dengan ICoASL 2017. Stagenya berada di depan taman CH, mengelilingi air mancur
dimulai dari pintu masuk.
Malam hari pertama ada acara khusus, cultural night.
Event ini officially di handle temen-temen D3 2015. Acaranya seru-seruan
bareng. Tiap peserta stand IDKS diharuskan memperkenalkan standnya. Ada acara
penampilan-penampilan seperti hadroh dan tari. Bahkan aku harus tampil dengan
baca puisi. Serius itu malu banget karena aku harus baca puisiku sendiri yang
ecek-ecek. Kalau puisi orang mah pede aku. Diakhir ada sesi nari
poco-poco bareng. Peserta dari india nih yang paling heboh nari haha.
Hari ketiga bagian serunya. Kalau di manual acara, kegiatan ini
dinamakan ‘cultural visit’, karena mengunjungi beberapa tempat bersejarah dan
kaya budaya. Ada tiga tempat tujuan; tujuan pertama ke Kaliurang (destinasi;
Lava Jeep Merapi, dan museum Ullen Sentalu), tujuan kedua daerah kota
(destinasi; Kraton, Taman Sari dan Benteng Vredeburg) dan destinasi ketiga
adalah Pantai Parangtritis dan Candi Prambanan. Saya termasuk mahasiswa yang
mendampingi tujuan pertama.
Lava Jeep Merapi ini berlokasi di daerah Cangkringan, daerah
yang dekat dengan Gunung Merapi. Kita menaiki jeep melewati tiga tempat dan di
akhir bermain air di sungai dengan jeep.
Spot awal adalah Museum Of Memory. Sebuah desa yang rumahnya
hancur karena efek erupsi Merapi. Ada bekas-bekas yang tersisa. Kita jadi tahu
betapa besar kerusakan dari lahar dan abu Merapi. Ya museum ini bisa dibilang
“dipelihara situasi dan kondisinya agar tetap sama kesannya dari waktu ke
waktu”. Saya lupa istilahnya kalau dalam bahasa per-museum-an ahaha.
Batunya di Samping Kanan, Ini Aliennya |
Selanjutnya ada Batu Alien. Kurang tahu juga kenapa disebut ‘batu
alien’. Saya belum sempat baca deskripsinya sih soalnya ketika kami datang,
banyak peserta hanya foto-foto karena lokasinya bagus. Merapi terlihat jelas
sekali siang itu. Kalau saya amati batu alien tersebut punya ukuran lebih besar
dari batu-batu yang berserakan di sekitar spot batu alien. Saya menyangka batu
tersebut yang dari Merapi juga. Tapi bentuknya dan kesan materialnya memang
ganjil. Seolah tidak berasal dari Merapi.
Spot ketiga adalah Bunker Kaliadem. Disini merupakan tempat
berlindung ketika ada serangan awan panas. Sayangnya bunker ini tidak bisa
melindungi orang-orang dari lahar panas karena konstruksinya memang hanya untuk
awan panas. Akhirnya mereka yang saat erupsi Merapi berlindung di bunker ini, mati
karena tertimbun lahar panas. Kawasan ini juga berdekatan dengan temapt tinggal
Mbah Marijan. oh ya, sesuatu yang unik saya temukan di area ini. Yaitu bunga
edelweis yang dijual bebas. Seharusnya engga boleh kan ya. Soalnya termasuk
spesies langka.
Selesai dengan semua spot, jeep membawa kami pulang dan main
air. Cuma memutari aliran sungai. Tapi sensasi kecipratan air itulah yang bikin
seru. Sesi ini berakhir karena kami harus shalat jumat dan kemudian santap
siang.
Sudah Mulai Oleng? | Panitia Phone |
Tujuan kami selanjutnya adalah Museum Ullen Sentalu.
Sebenarnya saya sudah berkunjung ke tempat ini pada 2015 lalu. Tapi memang ada
beberapa perubahan fisik di lokasi, bangunan dan rute sedikit berubah.
Sementara untuk isi informasi tidak ada perubahan saya rasa. Pada intinya
adalah museum ini menceritakan sejarah berdiri Kerajaan Mataram, pecahnya
kerajaan tersebut dan memuat kekayaan budaya Kerajaan Mataram seperti alat
musik, motif batik, senjata bahkan barang pribadi dari beberapa tokoh kerajaaan
(yang kebanyakan replika). Semua itu didukung dengan lukisan-lukisan (agar kami
tidak cuma ngawang-ngawang) dan guide yang handal. Peraturan utamanya adalah
engga boleh mengambil foto. Suguhan handalnya adalah Wedang Ratu Mas (kalau
tidak salah sebut).
Finally, secara resmi acara ICoASL 2017 selesai. Hal yang paling bikin saya
bersyukur adalah selama persiapan, acara dan selasai, tak pernah hujan jatuh ke
bumi Jogja. Wahaha.
Ada banyak ilmu yang saya dapat. Ini adalah kali pertama saya
ikut dalam kepanitiaan acara internasional. Banyak hal baru yang saya pelajari.
Sangat kompleks hal terknis yang harus kami lakukan. Seringkali terjadi kondisi
yang belum terantisipasi sebelumnya. Tapi karena panitia yang dibentuk adalah
orang pillihan maka masalah teratasi secara tambal sulam. Semua pengalaman yang
sifatnya teknis membuat kami semakin cakap dalam mengurus acara. Semoga. Satu-satunya
kendala saya rasa adalah mengurus peserta dari berbagai negara yang secara
kultur, etnis dan agama berbeda. Banyak juga yang mangkel, jengkelin dan susah
diatur hahaha. Tapi semua itu tak ubahnya warna penghias kegiatan ini.
Bagi saya yang paling besar pengaruhnya adalah tumbuhnya
mental teman-teman. Selama ini, kendala bahasa tidak cuma menjadi masalah tapi
juga pobia dan mimpi buruk bagi teman-teman. ICoASL 2017 menjadi momentum bagi
seluruh temen-temen mahasiswa untuk tampil dalam kancah global. Dunia luar
tidak semenakutkan itu. Kita semua punya potensi yang sama. Saya melihat bahwa
kebelakang teman-teman akan semakin berani menunjukkan gaungnya.
Maka selamat kepada semua yang telah berpartisipasi. Selamat
berproses menjadi lebih baik.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen-dosen yang
telah mendukung saya dan teman-teman dalam kegiatan ini. Pembimbingan mereka
semua sungguh sangat memberdayakan kami. Terima kasih saya sampaikan terutama kepada
Bu Labibah selaku ketua panitia. Pak Nurdin, Bu Marwi, Pak Faisal dan Bu Sri
yang telah membimbing sesuai koridor kerja masing-masing. Selanjutnya kepada seluruh
staf dan pustakawan perpustakaan UIN SUKA yang bisa bekerjasama dengan baik dan
mendampingi kami; Bu Astuti, Bu Wid, Bu Khusnul, Bu Isro, Bu Ida, Mbak Ismi, Pak
Agung, Bu Irhamni, Bu Badriyah, Mas Yazid, Mas Ulum, Mas Edi, Mas Pacul dll
yang tidak mampu saya sebut satu-satu. Tak lupa kepada seluruh panitia nasional
utamanya yang sering bersinggungan dengan kami; Mas Amirul, Mas Wahyu, Mas
Fiqru, Mbak Dhian, Mba Lis, Mba Mustika, Teh Mey, Syifa-Nanda dll. Dan yang
paling penting juga kepada pihak Rektorat dan RT UIN SUKA atas fasilitasnya, BPAD
atas penjamuan yang baik, Teater Eska, Gita Savana dan seluruh sponsor acara.
Karena kita semua bersatu maka acara ini ada seperti yang seharusnya.
Salam,
Akmal f.
See You Next Event |
BTS (Behind The Sardjito)
Apakah selesai acara semua berakhir? Tidak. Kita tetap
menjalin komunikasi karena kita semua adalah keluarga.
Namun, ada sedikit cerita yang mungkin banyak orang tidak
tahu. Salah satu panitia nasional, Mbak Dhian Deliani, opname di Sarjito.
Mengapa? Ternyata sakit beliau, hipertensi paru, kambuh. Hampir seminggu berada
disana. Para pustakawan dan mahasiswa bergiliran siskamling. Dosen dan teman Mbak
Dhian hilir mudik menjenguk. Aku juga disana selama masa-masa genting (genting
kaya apa sih?).
Saat tulisan ini ditulis, Mbak Dhian bersama suami sudah
kembali ke Jakarta. Rasanya kurang etis sih, tapi saya setuju dengan pernyataan
Mbak Dhian bahwa baginya ini adalah masa dimana masuk rumah sakit menyenangkan.
Kata beliau, dokter di Jogja beda dengan di Jakarta. Dokter di Jogja baik dan
familiar. Mereka sangat menghormati pasien dan selalu memberikan semangat pada
pasien.
Katanya juga, kami-lah yang menjadi penyebab kesenangan di
rumah sakit tersebut. Selama sekitar empat hari saya, Juki, Rudi, Vina dan Dicka
bergantian siskamling di RS. Kami pribadi sebagai tuan rumah merasa bertanggung
jawab atas kondisi Mbak Dhian. Saya pribadi menjadi ingat saat PPL di Malaysia dan
jatuh sakit. Pihak Perpustakaan UM sangat memperhatikan kondisi saya dan
memberikan pelayanan yang baik. Saya rasa Mbak Dhian juga layak mendapatkan hal
demikian.
Coba pikirkan diri anda sendiri saat ada di suatu daerah,
tanpa keluarga dan jatuh sakit? Miris dan sepi kah rasanya? Maka kami semua
hadir mengisi celah itu demi Mbak Dhian. Aku ngga tega. Sungguh. Maka selama
beliau di RS kami banyak bercanda demi menghibur lara beliau. Tapi banyak juga
moment sharing pengetahuan yang terjadi. Entah, kami yang menjaga beliau
merasa bukan menjaga orang sakit tapi main sama saudara.
Mm mungkin cerita ini harus diakhiri biar engga jadi cerita
baper. Yang jelas, moment kami dengan Mbak Dhian menjadi cerita tersendiri yang
akan kami ingat. Semoga kita semua bisa bertemu dalam moment yang lebih asyik.
Sekian ceritaku. Dah.
Mirip Mbah Marijan? |
Oalah Behind The Sarjito to 😂
BalasHapushaha begitulah
HapusMantaps
BalasHapussiap
Hapuslife.. as always ^^
BalasHapus#maksudnya tulisanmu ini selalu penuh rasa mas ^^
apaan itu :v :v
Hapus