Adha yang Mendua

23 September 2015 senada dengan 9 Dzul Hijjah 1436

Kalau sudah begitu, aku bisa apa?

Ini tahun ketiga di perantauan. Dan seperti biasa, hari raya Adha tak kurayakan bersama keluarga tapi disini, Yogyakarta Istimewa. Ada berbagai alasan mengapa aku tak pulang dan berbagai asalan pula seharusnya aku pulang. Tapi, itu tak jadi soal. Sebab dimana pun kaki ini berpijak, kiblatku tak berubah dan Tuhanku adalah Dia.

Rabu ini, perkuliahan libur 1/2. Bagaimana tidak, ada fakultas yang meliburkan kegiatan akademik dan administrasi secara total ada pula yang tidak. Teman-temanku, sepakat untuk tidak masuk di hari ini berhubung dosen juga meniadakan perkuliahan. Meski begitu, aku tetap di kampus. Untuk apa? Bebas dari kurungan diri, dinanti tanggung jawab dan mencari waktu mengenal diri. Begitulah.

Bagaimana dengan besok? Libur dong. Jadi ini berawal dari perbedaan hari raya Adha. Ada ormas yang memilih rabu. Pemerintah menjadwal kamis. Semua punya dalil. Dan yang paling penting adalah memahami dan menghargai. Selalu begitu; Yogyakarta adalah negeri penuh toleransi. Menyenangnkan dengan masyarakatnya yang berwarna tapi harmoni.

Adha-ku masih esok. Sejujurnya aku tak pernah menghitung atau berusaha untuk tahu derajat hilal. Perlukah? Perlu. Tapi sudah ada yang bertugas akan hal itu. Diriku hanya perlu berpatokan pada kalender pesantren yang rutin kubawa kesini. 10 Dzul Hijjah jatuh pada hari kamis. Setidaknya begitu yang tertulis di kalender itu.

Dan aku? Aku tak merasa berbeda. Tak masalah jauh dari keluarga. Tak masalah Adha-ku kujalani di Yogyakarta. Aku menghargai mereka yang shalat id hari ini dan aku yakin mereka juga menghargai kami yang beribadah esok hari. Bagaimana pun, rata-rata sembelih kurban dilakukan hari kamis. Lucu kadang, saat ternyata Adha kami berbeda. Tapi bagaimana lagi. Seakan tak layak untuk dipermaslahkan. Bukan tentang benar-salah, tapi penghindaran gesekan yang tak perlu di masyarakat akar rumput maupun pemangku kebijakan.

Happy Eid Adha | Source: deviantart.net

Aku menikmati Adha-ku, bagaimana pun keadaannya. Sebab Adha datang saat kutahu dia layak datang. 

Komentar