Information Literacy di Era Digital: Reposisi Peran Pustakawan dalam Pemberdayaan Sumber-sumber Informasi Online

Studium General IP D3
Information Literacy di Era Digital: Reposisi Peran Pustakawan dalam Pemberdayaan Sumber-sumber Informasi Online

23 September 2015 senada dengan 09 Dzul Hijjah 1436

Libur yang memberdayakan. Begitulah ungkapan yang tepat, kurasa. Rabu, perkuliahan libur. Namun tak salah aku ke kampus. Sebab banyak hal yang bisa kulakukan dan banyak informasi yang bisa kudapat.

Saat itu aku disapa kaprodi IP D3, bapak Solihin Arianto. Beliau memberi tahu bahwa pagi ini prodi IP D3 ada studium general. Belliau menawari jika mau ikut serta dipersilakan. Keren pikiriku. Sudah agak lama tidak mengikuti studium general. Maka kuputuskan (akhirnya) untuk menghadiri ajakan itu. Next, ruang teatrikal perpustakaan UIN Suka.

Sampai disana acara sudah dimulai. Aku memilih duduk dibagian belakang bersama bapak Anis. Sebagai ‘penyusup’ aku perlu untuk tidak terlihat mencolok. MC sudah memberi mandat kepada moderator untuk memimpin acara. Kalian tahu siapa? Ibu kepala perpustakaan kita; Sri Rohyanti Z.

Beliau mempersilakan pembicara untuk memulai presentasinya. Bapak ini bangkit dari kursi pemateri di depan, memilih menyajikan materi dengan berdiri agar leluasa. Beliau adalah bapak Imam Budi Prasetiawan. Alumni UI yang ‘sudah berkelana kemana-mana’ dan ketua FPPTI. Tahu FPPTI? Itu adalah Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Saat ini sudah beranggotakan 400 perpustakaan perguruan tinggi se-Indonesia. Oh ya, beliau juga Head of Library and Knowledge Center Binus (Bina Nusantara) International. Keren. Syukur sekali orang sekaliber dan sesibuk beliau bisa mampir ke kampus kami.

Pematerian diawali dengan pemutaran film pendek. Ini tentang Infowhelm, Information Fluency. Jadi yang saya tangkap adalah bahwa informasi itu terus berkembang. Per 6 tahun, pertumbuhan informasi bahkan bisa naik 10.000%. Gila. Kalau diwujudkan dalam bentuk buk, informasi itu bisa sampai ke pluto. Kali aja. Sedang dalam bentuk digital, data dapat mencapai 5 EB (etabyte). Yang mana pun bentuknya, masalahnya ada di storage. Lebih dari, literasi informasi diperlukan agar kita tidak ternggelam dalam lautan informasi. Begitu kata beliau.

Bapak Imam juga memutar video tentang pembelajaran di era 21. Cari intinya, kita bisa belajar dimana pun saat era ini. Oh ya, teman-teman diminta berkomentar pada video yang ditampilkan. Salah atau benar bukan acuannya, yang penting berani. Dan teman-teman yang aktif mendapat pin cantik dari bapak Imam. Keren.

View dari Tribun 'mburi' | Source: Doc. faradigm
Saat ini paradigma perpustakaan sudah berubah. Hal ini berkenaan dengan format koleksi (dari cetak ke digital), pengorganisasian koleksi, sistem informasi, akses informasii dan perubahan penggunaan perpustakaan. perpustakaan kali ini sudah hybrid; ia memiliki bentuk virtual, digital dan physical.

Bapak Imam memutar video lagi ini tentang paper. Dalam video itu dijelaskan bahwa mereka yang rajin ke perpustakaan lebih mudah menulis paper dan IPK-nya tinggi. Selanjutnya adalah tentang pembagian generasi. Kita yang lahir di rentang 1995-2010 merupakan generasi Z. Salah satu cirinya adalah tidak bisa lepas dari sosial media atau tepatnya lingkungan kita adalah digital. Salah satu kelebihan generasi ini adalah multitasking.

Ada penelitian milik bapak Ida Fajar yang beliau tampilkan yaitu bahwa pemakai perpustakaan kali itu memiliki periode yang berbeda, tumbuh di era internet, lahir di era komputer dan ada lagi cuma lupa. Literasi informasi itu salah satuny adalah mengembangkan kata kunci. Oh ya teman-teman, ini ada beberapa link informasi online yang bagus untuk mahasiswa IP, peneliti, dosen atau siapapun yang ingin tahu banyak hal yang berkualitas tapi gratis. Link tersebut adalah e-lis, doaj, doab, scimagojr, dan untuk mencari info lebih spesifik gunakan google scholar.

Di era ini adala skill yang perlu dikuasai; critical thinking, media literacy, communication, ellaboration, information literacy dan creativity. Dengan semua hal itu dijamin kamu menjadi orang keren yang berdaya saing. Haha. Nah hal keren tiba-tiba terjadi, ada game yang diperuntukkan bagi tim beranggotakan dua orang. Entah apa gamenya, tak kelihatan dari kursi belakang. Intinya yang bisa menyelesaikan tantangan akan mendapat hadiah pin dan buku.

Dunia kerja pun membutuhkan orang-orang yang memiliki soft skilll (kalau tidak tidak salah ada 19 macam) dan satu hard skill. Jauh kan bedanya. Orang yang ada di dunia kerj perlu tahu teknis, memiliki pengetahuan, bisa berkomunikasi tulis atau lisan, mandiri dan berpikir logis. Lalu, bapak Imam memutar video tentang perbedaan buku cetak dan e-book.
Ada sedikit pemaparan tentang Binus. Disana, tiap semester diadakan workshop fotografi. Lalu Binus International Library menyediakan seat magang (PPL) bagi mahasiswa kita untuk belajar disana. Asal, bahasa Inggris harus bagus. Siap guys? Keren loh, kan kan kan? Siapa yang mau?

Pesan beliau: Work hard not enough, you need to work smart.

Berikutnya, adalah sesi tanya jawab. Ada tiga orang. Yuni (D3 semester 3), Aku (S1 semester 5) dan mbak Ayu. Yuni menanyakan tentang kebijakan koleksi digital di perpustakaan Binus. Kata pak Imam, disana mengonlinekan tugas akhir (misalnya) bab 1,2,3,5 dan karya itu tidak berpotensi dipantenkan. Aku bertanya tentang tantangan dan keberlanjutan pemberdayaan informasi online (sesuai tema). Kata beliau, tantangannya adalah plagiarism dan pemberdayaan sumber informasi online akan terus berlanjut kedepannya. Mbak Ayu menanyakan tentang jurnal online. Kadang ada yang tidak full text. Jawaban pak Imam mengejutkan. Hal itu karena memang permainan vendor. Waduh.

Lalu pematerian diakhiri dan sesi pemberian kenang-kenangan (atau tepatnya) dimulai. Baik moderator maupun pemateri sama-sama mendapat sertifikat.  Dalam hal ini yang menyerahkan adalah bapak Faisal selaku ketua panitia. Dan foto bareng menjadi acara terakhir. Yah meski aku enggak masuk disana.

Terima kasih bapak Imam Budi Prasetiawan dan prodi IP D3. Alhamdulillah dapat banyak ilmu. Ini yang bisa saya share-kan. Mohon maaf bila terdapat kesalahan. Terima kasih.


Alaikumun nafiah.

Komentar