Mari Berkunjung ke Museum

17 September 2015 senada dengan 3 Dzul Hijjah 1436

Hari ini kamis. Sebuah moment yang ditunggu, dari sejak setengah bulan lalu. Ada kegiatan yang harus terlaksana dalam tanggung jawabku. Dan ini semua demi kebaikan bersama. Kebaikan bagi mereka yang perlu ‘piknik’.

Info kegiatan ini tak disangka. Tapi mengingat chance tidak selalu datang dua kali, dan acara ini sangat recomended untuk terlaksana, maka aku dan beberapa teman mengurusnya. Singkat kata, 17 september 2015 menjadi hari jalan-jalan OMIP Liberty, dalam rangka Wajib Kunjung Museum.

Pagi itu, sekitar jam 07.30, ruas depan komplek poli klinik UIN SUKA sudah dipenuhi anak-anak Ilmu Perpustakaan dari berbagai angkatan. Semuanya tentu semester ganjil; 1, 3, 5, dan 7. Ada yang S1 ada yang D3. Tapi pada intinya, kami keluarga besar OMIP Liberty. Di jam ini, ‘menunggu’ menjadi suatu keharusan. Bus yang mau kami tumpangi masih dalam perjalanan untuk menjemput kami. Lima menit, sepuluh menit, dua puluh dan akhirnya jam 08.10 bus sampai. Tidak perlu banyak komando, kami pun naik ke bus.

Bus yang membawa kami ke tujuan ada dua. Kapasitasnya 24 orang. Tersebab ada 44 orang yang ikut berpartisipasi dalam acara ini, maka kelompok dibagi dua. Bus melaju di jalanan menanjak kaliurang. Saya yang enggak tahu rute ya menikmati saja tiap goncangan body bus. Tapi yang dituju jelas. Mau tahu? Ada tiga tujuan museum di trip kali ini; museum Ullen Sentalu, museum Gunung Merapi dan museum Jogja Kembali.

Tujuan pertama adalah ullen sentalu. Saya yang udah dua tahun lebih di Jogja belum tahu museum ini. Blas baru denger. Makanya, ketidak tahuan itu juga merupakan salah satu alasan saya ikut kegiatan ini. Ya tentunya karena selain saya PIC-nya. Di bus ini, ada pendamping dari duta museum. Namanya mbak Nay. Di bus yang satunya ada mbak Dinda. Selama perjalanan ini, dari awal sampai selesai, mbak Nay akan menemani teman teman OMIP Liberty yang jomblo. Loh? Wakaka. Teringat guyon kakak kelas.

Mbak berkaca mata ini menyampaikan berbagai hal tentang tur ini. Salah duanya adalah peraturan di larang buang sampah sembarangan dalam bus dan ullen sentalu ini katanya adalah sisi lain keraton. Sisi lain? Ya awalnya saya juga heran. Pengen tahu? Cekidot.

Kami sampai di lokasi, setelah melewati jalan yang menanjak dan menanjak. Walau tidak curam, tapi risih juga dalam perjalanan hanya ada tanjakan, tanjakan dan belokan. Haha.

Tampak Depan Museum | Doc: faradigm
Awalnya saya tidak menyangka ini lokasi museumnya. Ganjil soalnya. Dari tampak depan, anda tidak akan melihat gedung museumnya karena museum ullen sentalu terletak di bawah tanah. Wuih keren enggak tuh? Jadi di pintu depan, yang terlihat hanya resepsionis. Setelah administrasi selesai, yang ditanggung jawabi oleh mbak Dinda dan mbak Nay, kami boleh masuk tapi dibagi dalam dua kelompok. Tiap kelompok dua puluh dua orang. Lalu, giliran kelompokku pun tiba.

Jreng pintu dibuka dan... gilaa... Serius, ketika pertama masuk, saya menyangka museum ini seperti jurassic park. Bagaimana tidak, tata letaknya seperti dalam hutan. Tapi keren. Ada guide yang mendampingi tur di museum ini, namanya mbak Tika. Dengan penuh semangat mbak Tika mengajak kami keliling.

Ada hal penting yang tidak boleh kami lakukan di museum ini; memotret. Sejujurnya saya kurang paham. Tapi mungkin alasanya simple, pembatasan eksplorasi untuk menjaga stabilitas animo. Hehe. Mungkin ya. Bisa saja disebabkan hal lain, dan hal itu kebijakan museum ini.

Tur ini dimulai dengan masuk dengan merunduk ke Gua Selo Giri. Kenapa menunduk? Karena ini katanya adat Jawa gitu. Lagipula, museum Ullen Sentalu itu dibawah tanah dan sepanjangan perjalanan kita lewat lorong bawah tanah. Lembab dan dingin, itulah yang terasa selama di bawah. Situasi ini membuat pengunjung museum jauh dari rasa panas. Walau begitu, hati-hati bagi mereka yang kurang kuat terhadap suhu minus. Khawatir hipotermia.

Di ruang yang pertama, ada lukisan dan gamelan. Di lukisan terdapat orang menari. Kalau tidak salah itu lukisan Gusti Nurul. Pun juga ada lukisan penari yang lain. Lukisan-lukisan ini menggambarkan sejarah tari Jawa. Gamelan di tempat ini bervariasi dari ukuran dan warna. Saya pribadi kurang tahu jenis-jenisnya. Lalu keluar dari ruang tari, ada tiga arca peninggalan mataram Islam; Dewi Sri, Singa dan satu lagi lupa namanya.

Lalu kak Tika menjelaskan tentang museum ini. Museum Ullen Sentalu merupakan museum mandiri milik suatu yayasan (saya enggak tahu yayasanya) yang digagas oleh keluarga Haryono. Ullen Sentalu memiliki kepanjangan dalam bahasa Jawa. Dinamakan Ullen Sentalu karena diharapkan museum ini menjadi pelita kehidupan. Museum ini fokus pada pembelajaran peninggalan kerajaan Mataram Islam. Mataram Islam, sebuah kerajaan besar pada zaman dulu, terbagi menjadi dua; Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Surakarta terbagi dua; Mangkunegara dan Surakarta. Dan Yogyakarta akhirnya juga terbagi dua; Pakualaman dan Yogyakarta.

Banyak lukisan yang dipajang disini, dan kesemuanya hampir diberi penjelasan oleh mbak Tika. Banyak lukisan ratu-ratu ketika kegiatan, Jumenengan (ulang tahun), dan foto diri bersama keluarga. Dari penjelasan mbak Tika, saya semakin tahu sejarah Jawa, khusunya Surakarta dan Yogyakarta pun juga tentang hal yang berkaitan dengan kerajaan. Beberapa diantaranya adalah bahwa selir raja itu tidak boleh berfoto bersama raja dan tidak boleh mendidik anak. Hanya permaisuri yang bisa mendidik anak. Permaisuri adalah istri raja yang diangkat menjadi ‘permaisuri’, jika tidak berarti statusnya hanya sebagai selir. Permaisuri juga bisa dari ibu raja sendiri. Nah beliau mendapat gelar ibu suri. Dalam lukisan, ibu suri dilambangkan dengan memegang kunci gombyok (kunci banyak). Sebuah kunci untuk tempat-tempat tertentu dan hanya bisa diakses ibu suri. Kunci goombyok juga melambangkan ibu suri punya kekuasaan besar. Oh ya, hal menarik lagi adalah strata sosial yang ditunjukkan dengan banyak atau sedikitnya pakaian. Seseorang yang kasta sosialnya tinggi, pakaiannya harus lebih menutup seperti pakai kebaya. Sedang yang kasta sosialnya lebih rendah, pakaianya lebih terbukti. Ada lukisan yang membuktikan hal ini. Entah kelaurga raja siapa, tapi disitu permaisuri berkebaya lengkap sedang putri mereka pakaiannya lebih terbuka. Dari sini saya berpikir, adat Jawa lumayan Islami juga ya?

Selanjutnya, kami dibawa kampung kembang. Entah saya kurang paham bagian ini. Jadi skip ke ruang selanjutnya, ruang Ratu Mas. Disana tetap ada; lukisan dan benda-benda. Ratu Mas menikah dengan raja pada usia 17 tahun sedang sang raja sudah 49 tahun. Ratu Mas juga membuat sebuah wedang, dengan komposisi rahasia, yang dipercaya bisa membuat awet muda.

Ruang selanjutnya adalah ruang batik. Disini banyak koleksi batik. Ruang selanjutnya lagi adalah ruang batik pula, seitdaknya ada dua ruang yang kami kunjungi. Nah batik itu berasal dari bahasa Jawa rambatani pun titik. Sederhananya adalah titik yang merambat, menghubung titik demi titik. Membentuk garis, mencipta motif dan berakhir pada harmoni warna. Banyak motif batik disini. Salah duanya adalah tirto tejo (air pelangi) dan ayam uger. Motif pada batik memiliki filosofi dan mengandung semacam daya. Misal ingin rejeki lancar pakailah batik udan gerimis. Ya, agar rejekimu mengalir seperti rintik hujan yang tak berkesudahan.

Ruang selanjutnya adalah ruang gusti Nurul. Beliau adalah potret wanita dambaan, baik dulu maupun saat ini. Memiliki bakat hebat; menari. Selain itu beliau sudah berpidato di radio RRI saat berusi 15 tahun dan beliau juga bisa mengendari motor gede (moge). Beliau tidak mau dipoligami. Jadi maunya suami setia. Beliau menikah dengan Sularso Suryo Suyarso. Hari dimana kami datang ternyata bertepatan dengan ultah beliau yang ke-94. Katanya, beliau ada di Bandung.

Keluar dari ruang gusti Nurul, kami dipersilahkan duduk di sebauh balai. Dan disana kami disuguhui minuman wedang resep Ratu Mas; wedang Ratu Mas yang bisa membuat awet muda. Rasanya enak, tapi saya kurang tahu kombinasi bahannya. Bagaimanpun saya minum dua gelas, mumpung gratis. Kelar minum, kami lewat depan rumah pemilik menuju selasar arca rondo.

Di selasar ini banyak sekali acara. Kesemuanya mbak Tika jelaskan tapi yang saya tangkap hanya arca Ganesha (lambang pengetahuan) dan arca cupid yang ada di tengah halaman. Disana saya juga melihat seorang guide mendampingin tur beberapa turis. Di museum ini banyak guide yang sedia menemani perjalanan.

Arca Miring | Doc. faradigm
Ruang terakhir adalah tempat dimana ada lukisan kanjeng ratu Kidul. Ingat beliau beda dengan Nyi Roro Kidul. Ada foto pangeran Charles yang pernah ke Jogja juga. Lalu saya lupa mbak Tika menjelaskan tentang siapa. Tapi disini, saya mendengar tentang filosofi jari tangan manusia. Ibu jari melanbangkan tujuan pol, jari telunjuk maksudnya tunjuklah diri sendiri sebelum orang lain, jari tengah pertanda kedudukan tertinggi hanya milik Tuhan, jari manis tentang kata manis dan jari kelingking berarti tanggung jawab. Selesai di ruang ini, kami menuju area yang boleh berfoto yaitu semacam arca yang sengaja dibuat miring sebagai tanda kemirisan sejarah. Foto deh. Foto juga boleh dilakukan di area pintu keluar. Jepret...

Acha Acha haha | Doc. faradigm
You know, I got an unexpected photograph. He. Or, you can check my instagram account. wkwk. @akmal_faradise

Next trip: Museum Gunung Merapi.

Tampak Depan MGM | Doc. faradigm
Tak perlu berpanjang lebar masalah perjalanan ke lokasi. Saya juga enggak paham ini kemana. Haha. Tapi di lokasi, seru loooh...

Ini menurut saya merupakan sebuah museum yang bagus untuk belajar tentang gunung api. Utamanya gunung Merapi yang ada di Magelang, Jawa Tengah. Saat melihat gedung tampak luar museum, pikiran saya langsugn fokus ke Merapi. Sepertinya dibuat menyerupai. Halamannya luas dan keren.

Sebelum masuk kami di briefing dulu oleh seorang bapak-bapak. Ada beberapa hal yang dilarang kami lakukan. Pertama, dilarang makan dan minum di dalam museum. Kedua, dilarang memegang koleksi. Ketiga, dilarang bercanda berlebihan. Setelah briefing kami pun masuk ke museum. Ada seorang ibu yang menjadi guide perjalanan kali ini.

Replika Merapi | Doc. faradigm
Hal pertama yang kami lihat adalah replika gunung Merapi. Terletak di tengah ruangan dan berdiameter cukup besar. Replika ini semacam model untuk menjalaskan kejadian erupsi Merapi dari tahun ke tahun. Selain itu, penggambaran lerengnya cukup jelas. Sang guide menjelaskan dengan rinci hal yang perlu kami tahu.

Setelahnya kami diajak berjalan berkeliling lantai 1. Di tempat ini, terdapat banyak penjelasan dan barang yang berkaitan dengan gunung Merapi. Ada yang berbentuk benda dan sisanya adalah penjelasan yang terpampang di dinding. Ada penjelasan tentang gunung api, kubah api, tipe letusan, puncak garuda, intruksi saat gunung erupsi, foto-foto erupsi, mitos gunung merapi, cara penyelamatan diri ketika erupsi, cara pantau dan masih banyak lagi. Beberapa benda yang ada misalnya alat pantau, sepeda motor yang hangus terkena wedhus gembel dan endapan awan panas.

Banyak penjelasan seperti ini | Doc. faradigm
Hal seru selanjutnya adalah kita nonton film di lantai 2, mini theater. Disana diputar film tentang Merapi. Berisi tentang sejarah, geologi, dan peristiwa erupsinya. Animasinya keren, penjelasannya bagus dan aktornya meyakinkan. Kami menonton kurang lebih 45 menit. Habis film, kami masih berjalan di lantai dua. Ada replika ruang istana priden atau apalah namanya. Ada alat peraga gempa, dimana ketika tombol dipencet lift bergoncang. Yang paling saya suka adalah lorong volcano. Spot terbaik buat foto. Haha.


Museum gunung Merapi: clear. Kita istirahat, makan, shalat (IMASHO). Last destinatio: Monumen Jogja Kembali (Monjali) atau sisi sebenarnya taman pelangi. Wakaka.

Monumen Jogja Kembali | Doc. faradigm
Sampai disana, kami memutari lantai 1. Disana, ada banyak ruang museum. Kami muter-muter enggak jelas. Meliha-lihat ruang museum penuh barang. Sampai akhirnya, kami di briefing guide, seorang bapak bernama Abdul Rouf membimbing kami  untuk ke ruang tengah yang berupa aula luas dan disana kami menonton film perjuangan. Tepatnya tentang serangan umum 1 Maret.

Ada yang tahu kenapa dinamakan Monjali? Gini, dulu Yogyakarta pernah menjadi ibukota. Cuma saat itu ada agresi Belanda. Nah serangan umum 1 Maret itu adalah untuk ‘merebut kembali’ kota Yogyakarta dari Belanda. Ide pembangunan ini dari bapak Sugiharto, mulai dibangun 29 Juni 1959 dan diresmikan 6 Juli 1989. (Semoga data tidak distorsi). Tujuan museum ini adalah sebagai pelestarian semangat juang bangsa dan tanda penghargaan kepada para pahlawan. Ingat kan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Dari itu jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah). Tiap tahun, Monjali kedatangan rata-rata 300.000 pengunjung dari berbagai usia, latar belakang dan tempat. Monjali berbentuk tumpeng. Ada yang tahu kenapa? Itu lambang syukur kepada tuhan. Lalu siapa arsiteknya. Beliau adalah bapak Ir. Sunarya, dari IPB Bandung.

Nah di museum ini ada empat ruang. Museum satu berisi tentang senjata perang. Ada juga merpati pos. Museum dua banyak foto-foto sejarah bahkan ada telepon lama yang begitu besar. Museum tiga berisi replika dapur perjuangan, tempat pengobatas para pahlawan dan sebuah sepeda simplex. Oh ya, Pakualaman itu kebal hukum pas masa Belanda. Dulu kerajaan bahkan menjadi basecamp para pejuang. Museum empat berisi tempat tidur pak Soekarno dan meja tamu pak Hatta. Di Monjali ada perpustakaan juga. Tapi saya tidak sempat masuk.

Kami lanjut ke lantai 2 berisi diorama. Ada 10 diorama. Mulai dari agresi, pertemua Soekarno dengan Belanda, perjumpaan Soekarno dan jenderal Sudirman, suasana pabrik gula di Yogkarta saat dihancurkan, strategi Soeharto saar serangan umum, situasi serangan umum,  peringatan proklamasi dan masih ada lagi yang belum tersebut. Penasaran? Sila berkunjung sendiri.

Terakhir adalah lantai 3, adalah tempat untuk berdoa mengenang para pahlawan. Sejenak kami heningkan cipta, mendoakan para pahlawan bangsa yang gugur memperjuangkan tanah air kita.

Then, rangkaian acara selesai. Kami akhiri sesi dengan foto bersama. Lalu, kembali ke realitas kuliah, kembali menyentuh tugas yang harus diselesaikan.

Yah itulah perjalanan kami. WKM kali ini sungguh keren. Pengalaman pertama yang sangat menyenangkan dan berharga. Paling penting, gratis. Wakaka. Enggak, becanda kok. Kalau kalian tertarik, sila berkunjung ke museum. Banyak sekali museum di Yogyakarta yang menarik dan mendidik. Mari berkunjung ke museum. Salam.

Senjata | Doc. faradigm

Beberapa foto | Doc. faradigm

Mari berdoa untuk para pahlawan | Doc. faradigm

Komentar

  1. keren kak, jadi pengen kunjung museun lagi .. di jogja.

    BalasHapus
  2. terima kasih.
    nah di Jogja itu banyak museum. Sila berkunjung ke tempat yang kamu mau :D

    BalasHapus

Posting Komentar