Bertemu Jogja, Mengenal Indonesia, Mencintai Keduanya
Lihatlah Jogja yang begitu
Indonesia. Jogja memliki laut yang memanjang di daerah selatan. Hampir di
setiap daerah pesisir Selatan Gunung Kidul terdapat pantai dan memanjang ke
arah Barat, melewati Bantul dan Kulon Progo. Wisata tropis pun ada; Bantul punya
hutan pinus, Kulon Progo punya kebun teh. Sleman begitu kokoh dengan
candi-candi kuno yang bersejarah. Merapi pun masih menggelora Utara sana. Jogja
kota madya, kaya akan wisata edukasi seperti museum dan situs bersejarah.
Mari berkunjung ke Malioboro, dimana
semua orang berlalu lalang. Turis manca negara senang berkunjung ke tempat ini,
masyarakat kami yang beragam pun memenuhi Malioboro. Romantisme Malioboro menjadi
daya tarik tersendiri untuk dinikmati. Malioboro menjadi ikon dimana semua
orang dapat berguyub tanpa diresahkan perbedaan, dan berkumpul untuk saling
menceritakan keberagaman.
Jogja selalu kedatangan tamu baru. Banyak
sekali teman yang datang dari penjuru Indonesia. Entah untuk berkarir di Jogja,
menikmati wisatanya atau mengembangkan keilmuan di ranah akademik. Sungguh Jogja
telah diwarnai suku bangsa berbeda seindonesia.
Jogja menjadi miniatur Indonesia.
Bentuk alam Indonesia, Jogja memilki representasinya. Keberagaman Indonesia,
seumpama nafas dalam kehidupan Jogja. Pesona Indonesia, Jogja tawarkan di
setiap sudutnya; yang manis, yang romantis, yang akan selalu diingat.
Bagaimana menurutmu? Dan bagaimana
ceritamu?
Aku ingin bercerita mengenai Jogja
dimataku.
Menginjak tahun keempat tinggal di Jogja,
ia semakin dekat di hati. Jogja selalu memberikan cerita baru pada hariku. Jogja
selalu mengajarkan hal baru untuk kupahami.
Hampir setiap bulan Jogja selalu
punya kegiatan. Tiap tahun tidak pernah sepi dari kegiatan menarik. Aku selalu
antusias untuk ikut ataupun berkunjung pada kegiatan yang ada di Jogja. Mungkin
FKY 2017 dan Festival Jogja Tempoe Doeloe yang baru digelar bisa menjadi
representasi betapa kreatifnya kegiatan yang diselenggarakan di Jogja. Ada pesan
baru yang terselip dan sisi menarik tentang Indonesia di tiap kegiatan.
Kegiatan yang berlangsung di Jogja
tidak cuma kreatif namun memilki daya tarik di bidang tertentu karena dihadiri
dan diisi oleh mereka yang memiliki warna di bidangnya masing-masing. Bukankah Prambanan
Jazz itu seru? Rasakan bagaimana syahdunya music Jazz. Sudahkah Mocosik
Festival membangkitkan gairah literasi dan menariknya musik? Najwa Shihab dan
Tompi harusnya sudah memberikan pemantik itu. Bagaimana menurutmu Asian Youth
Day 2017 yang diselenggarakan di Jogja? Aku rasa ada kesepahaman keberagamaan
yang muncul serta indahnya hidup dalam keberagaman.
Jogja tidak pernah kekurangan
pemikir besar dan penulis hebat. Perlukah aku rinci satu per satu? Ah kupikir
terlalu banyak untuk kubuat daftar. Dan kurasa kalian semua setuju Jogja memang
gudang penulis, penyair dan pemikir. Kepenulisan, pemikiran dan lingkungan
akademik berkembang baik sekali di Jogja. Lihatlah kawan! Banyak sekali
penerbit yang ada di Jogja, banyak sekali kampus yang berdiri di Jogja dan
banyak sekali ruang baca yang Jogja sediakan; perpustakaan dan TBM. Jogja kota Pendidikan,
Jogja daerah pencontohan literasi Indonesia dan Jogja adalah laboratorium
kreatif Indonesia.
Banyak yang bisa dipelajari di Jogja
mengenai Indonesia. Salah satunya lewat museum dan perpustakaan. Pernah berkunjung
ke Perpustakaan Dewantara Kirti Griya? Disana kamu bisa membaca banyak koleksi
jaman Belanda dan Jawa kuno. Perpustakaan ini bersampingan dengan Museum Dewantara
Kirti Griya. Di museum tersebut, yang merupakan bekas rumah Ki Hadjar Dewantara,
kamu bisa mengetahui banyak hal tentang beliau dan ide pendidikan beliau. Atau sudahkah
berkunjung ke Museum Sandi? Kamu bisa mengetahui tentang persandian dan
bagaimana sumbangsih persandian dalam kemerdekan Indonesia. Saya juga akan
menyarankan kamu untuk berkunjung ke Rumah Budaya Tembi dan Meseum Ullen
Sentalu. Kamu bisa banyak belajar mengenai budaya Jawa di Rumah Budaya Tembi
dan mengetahui sejarah Kerajaan Mataram hingga hari ini di Museum Ullen Sentalu.
Dan jangan lupa berkunjung ke Monumen Jogja Kembali. Tengoklah bukti nyata
sumbangsih Jogja pada Indonesia.
DIY sebagai provinsi mungkin tak
seluas Jawa timur atau Jawa Barat. Kita bisa menjangkau tiap bagian kabupaten
dengan memutari ringroad. Jalan ini
melingkari kota madya Jogja. Setidaknya selama kita mengikuti ringroad, kita akan terhindar dari kesialan
tersesat di jalan. Ringroad memudahkan
kita untuk menyusuri daerah di Jogja. Lalu apa yang akan kita temui saat mengelilingi
ringroad? Banyak hal. Tapi satu yang selalu sama; keramahan. Saya merasakannya
sendiri. Setiap saya berkunjung ke suatu tempat di DIY, keramahan masyarakatnya
selalu menyambut saya. Dimanapun di Jogja, saya seperti selalu di rumah. Ya saya
ada di Jogja, saya ada di Indonesia. Jogja dan Indonesia adalah rumah saya.
Maka ketika Gubernur DIY Sri Sultan
HB X mengungkapkan bahwa "Sudah semestinya keistimewaan Jogja adalah untuk
Indonesia. Bahwa menjadi Jogja, adalah menjadi Indonesia", saya sepenuh
hati mengiyakan. Beliau, dalam pendapat saya, tidak hanya mengutarakan
bagaimana Jogja semestinya, tapi lebih tepatnya menyampaikan dengan tersirat “Inilah
Jogja. Jogja yang menjadi sumbu Indonesia”.
Saya mengunjungi wisata Jogja, saya
merasakan indahnya alam Indonesia dan asyiknya berlibur di Indonesia. Saya berinteraksi dengan masyarakat Jogja,
saya selalu ingat keramahan bangsa Indonesia. Saya mengikuti kegiatan-kegiatan
yang diselengggarakan di Jogja, saya belajar untuk menjadi kreatif. Saya mengunjungi
museum dan perpustakaan yang ada di Jogja, saya mengenal Indonesia lebih dalam.
Saya kuliah dan berproses menulis di Jogja, saya belajar untuk berbagi.
Dengan mengenal Jogja, saya
mengenal Indonesia. Dengan memahami Jogja, saya memahami Indonesia. Dengan menjadi
bagian dari Jogja, saya menjadi bagian dari Indonesia. Maka mari menjadi Jogja,
untuk menjadi Indonesia.
Jogja, Indonesia seutuhnya.
Salam Hangat
Akmal Faradise,
Yang sedang berproses di Jogja
tercinta.
Suatu Malam di Tugu |
Ketika Kami Mengunjungi Museum |
Komentar
Posting Komentar