Menjadi Dua Hal yang Tetap Sinergi



Pendidikan dan budaya pada dasarnya hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Jika diibaratkan, dua sisi mata koin mungkin merupakan analogi pas yang bisa semua disetujui semua. Andai kaki, pendidikan dan budaya berjalan bergantian dan saling menopang langkah. Pendidikan dan budaya tentunya tidak bisa dinafikan salah satunya. Keduanya memiliki porsi penting yang saling mengisi.
Ide dasar pendidikan sederhananya adalah memanusiakan manusia. Istilah dasar ini sudah umum dikenal meski kesan istilahnya agak terpaksakan walaupun maksudnya tersampaikan. Lewat pendidikan, manusia diberdayakan maksimal dan diposisikan selayaknya ia. Tidak bisa dipungkiri, secara biologis manusia memiliki fisik layaknya hewan. Genus manusia bisa dikatakan familia hewan. Dalam ilmu logika juga dikenal bahwa manusia adalah ‘hewan yang berpikir’. Titik menonjolnya adalah kemampuan berpikir. Perbedaan mendasar tentu karena adanya akal budi, dan nurani. Di dunia hewan, tidak ada bukan?
Satu hal yang perlu ditekankan adalah kemampuan berpikir. Apakah setiap manusia yang punya akal akan menggunakannya dengan baik? Belum tentu. Maka tak heran ada semacam komentar dimana orang yang tidak bisa menggunakan akal dengan baik sama dengan hewan. Dari itu, manusia memang perlu mendapat pendidikan agar dia tumbuh menjadi manusia seutuhnya.
Memanusiakan manusia dapat berarti menarik potensi besar manusia. Aspek pendidikan terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek yang dileburkan dalam proses pendidikan ini dikenal dengan taksonomi Bloom. Tujuannya adalah agar anak didik tidak hanya cerdas secara kognisi saja namun psikotornya baik dan afeksinya peka. Walau terkadang pendidikan kita belum mampu mencapai ketiganya dan hanya berat pada salah satunya (baca: kongnitif). Dan tujuan akhir pendidikan tentu adalah pembentukan karakter, karakter yang memiliki tiga aspek tadi secara komplit. Walau sekarang sudah dikembangkan satu aspek lagi; konatif.
Lalu bagaimana dengan budaya? Budaya lahir dari interaksi manusia. Secara sederhana budaya merupakan hasil dari sebuah proses. Biasanya juga budaya timbul di suatu masyarakat sebagai suatu sistem tata nilai. Tiap budaya memiliki perbedaan karena lahir dari masyarakat yang berbeda. Hal ini sering disebut dengan budaya lokal.
Bangsa Indonesia dengan kemajemukan suku memiliki kebudayaan berbeda namun mesti mengacu pada nilai dasar yang sama. Nilai seperti kesopanan, kejujuran dan lainnya mesti dimiliki oleh tiap suku cuma dalam kemasan budaya yang berbeda, lewat adat istiadat yang berbeda. Bagaimanapun, hal paling penting tentu saja nilai dari budaya itu sendiri. Nilai budaya perlu ada untuk membentuk karakter pribadi. Nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, akan membentuk pribadi yang luhur (sesuai nilai ke-Indonesia-an).
Saya pikir sinergitas antara pendidikan dan budaya ada disini. keduanya diperlukan untuk membentuk karakter pribadi. Pendidikan mengenai kebudayaan bangsa (baca: kearifan lokal) perlu dilakukan meski tidak harus dalam lingkup formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Para orang tua perlu memberikan pengetahun mengenai budaya sekitar secara khusus dan Indonesia secara umum kepada anaknya. Kurikulum sekolah mengenai kearifan lokal bisa ditata dan dikelola lebih baik lagi sebagai upaya membentuk karakter anak didik yang sesuai dengan nilai ke-Indonesia-an. Pendidikan akan menjembatani nilai budaya masuk dalam pribadi anak didik dan budaya menjadi muatan penting proporsional yang hadir dalam pendidikan Indonesia.
Pernyataan diatas senada dengan pendapat Zulfikar Anas dalam sebuah tulisannya yang menyatakan bahwa pendidikan dan budaya memiliki kesinambungan. Pendidikan dan budaya menumbuhkan manusia dengan kognitif tinggi dan sikap individu yang baik. Pendidikan dan budaya saling memengaruhi pribadi seseorang. Seseorang yang cerdas idealnya memiliki sikap yang baik. Seseorang yang memiliki sikap baik berpotensi untuk pintar. Baik sikap maupun kecerdasan, sepaham saya keduanya dipengaruhi pendidikan dan budaya.
Catatan paling penting dari sedikit uraian diatas adalah sinergitas antara pendidikan dan budaya tidak cukup hanya pada ide tertulis saja namun layak diaplikasikan dalam kegiatan pendidikan secara nyata.

[Masih tetap] Draft yang diikutkan Lomba Esai Olimpiade Budaya Adab 2016. Ada Editing minor, saran juri.

Komentar