Our KKN (1/2)

Tertanggal 20 Juni sampai 30 Juni 2016

Hore KKN telah tiba. Haha. Ya begitulah. Tak terasa aku sudah menapaki separuh masa studi. Dan enggak marah dibilang semester tua, emang kenyataannya pengen cepet lulus kok. Ihir. KKN dalam proses pendidikan menurutku adalah termin yang umum. Jadi disini tak perlu penjelasan lanjut. 

Masa KKN-ku (yang kebetulan kali ini adalah kebijakan percobaan) kulalui selama satu bulan. Dimulai dari 21 Juni hingga 31 Juli 2016. Ada jeda libur, dari tanggal 1 Juli sampai 11 Juli untuk merayakan Idul Fitri. Aku pulang sih karena permintaan ibuku.

Bisa dibilang waktu KKN-ku terbagi pada dua masa; sepuluh hari ketika Ramadhan dan dua puluh hari sisanya paska Idul Fitri. Hari pertama adalah penerimaan di Kantor Kecamatan Kalibawang. Pak Camat (aku lupa namanya) menerima kami, mahasiswa KKN UIN SUKA angkatan 89, dengan terbuka dan senang. Beliau juga berharap kami dapat membaur dengan masyarakat Kalibawang di dusun masing-masing dan bisa merealisasikan program kerja yang dapat memberdayakan masyarakat melalui sinergi antara kami dan masyarakat. Tanjung, merupakan nama dukuh dimana aku berjuang. Terletak di pucuk Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo. Dukuh ini, menyisakan kenangan manis-asem-asin untukku serta mengembangkan pribadi lebih utuh; psikologis dan pola pikir.

Sebelum Penyerahan, Sebelum Kusut karena Program | Source: Lenovo A6010
Jujur, ini memang bukan masa Ramadhan pertamaku tanpa keluarga. Tidak cuma kali ini aku melaksanakan ibadah puasa tanpa orang tua dan adik-adikku. Itu Aku. Kurang tahu temanku. Aku pribadi merasa biasa saja. Hal yang terasa berbeda dan menantang tentu karena kami satu kelompok, sembilan orang yang terdiri dari tiga cowok dan enam cewek, harus berkoordinasi bersama untuk bertahan hidup selain dengan tugas utama menjalankan program kerja kegiatan yang sudah disusun. Bertahan hidup salah satunya berarti memasak. Hehe. Menyiapkan bekal berupa makan sahur dan berbuka puasa. Untungnya, teman-teman putri rajin bangun malam dan menyiapkan makan sahur. Selama puasa, kebutuhan pangan kami aman sentosa.

Cerita yang sedikit berbeda mungkin ketika shalat tarawih. Jujur, praktiknya membuatku ingin ketawa. Sepertinya aneh saja dan ada beberapa bagian yang lucu. Memang sih, sandaran hukum dan kebiasaan di masyarakat bisa saja berbeda. Kalau ada dasar hukumnya tidak masalah. Nah kalau tidak? Cuma, aku tidak banyak komentar. Bahkan pernah juga aku menemui ritual ‘shalat li khurmati lailatil qadar’. Even hear about it? I am absolutely not. Tapi diluar itu, aku enjoy dengan ritme shalatnya. Plus yang berkesan adalah tadarus bersama. Jujur saja, saat di lokasi KKN lah aku pertama kali tadarus bersama. Nervous? Lancar kali lah. Haha.

Sebagai bentuk pertanggung jawaban secara administrasi, kami juga diharuskan untuk membuat Rencana Program Kerja (RPK). Aku, yang mendapat amanah menjadi ketua kelompok, memimpin teman-teman baru untuk mengolah data lapangan untuk dituangkan ke dalam lembar program kerja. Tiap anak memiliki datanya sendiri untuk tiap program kerja individu mereka, tapi kami secara bersama-sama menyamakan pikiran untuk membuahkan program kerja bersama yang posibel dilakukan dan menyentuh kebutuhan masyarakat. Draftnya, kami rembukkan kembali dengan perangkat dukuh dalam sebuah rapat bersama. Dan ya itu kali pertama aku berbicara di depan orang tua-dewasa. Sensasinya itu lo, Greget! Susah sekali untuk mengatakan iya atau tidak meski bahasa yang kugunakan sudah diplomatis. Ada beberapa program yang disetujui, sisanya memerlukan revisi. Bahkan masyarakat juga meminta beberapa penambahan. Semua hasil rapat itu kami rembukkan ulang hingga akhirnya bundel RPK kami sampai di meja administrasi LPPM. Acc. Lega juga lepas dari proses panjang.

Dari sekian program, yang intens kami lakukan adalah pembinaan TPA. Hal ini tentu saja selaras dengan latar belakang kami sebagai mahasiswa perguruan tinggi Islam. Pun juga, kondisi TPA di lokasi kami kekurangan tenaga pengajar. So, ini bukti nyata kami. 

With Bocah TPA | Source: Lenovo A6010
Mengurusi anak TPA katanya susah-susah gampang. Ini merupakan pengalaman pertamaku belajar mendidik anak-anak. Selama di Tanjung, aku tidak benar-benar melepas emosi. Dalam artian begini, jika kita ingin diterima anak-anak kita harus memahami anak-anak dan menjadi seperti mereka. Jangan memberi jarak ‘aku dewasa, kamu enggak’. Aku pribadi, tidak benar-benar hanyut berbaur dengan anak-anak tapi juga tidak serta merta kekeh memosisikan diri sebagai orang dewasa. Just make a balance. Jadi anak-anak tetap senang denganku dan juga menaruh rasa sungkan (tidak kurang ajar). Selain TPA, kami juga menyerahkan bantuan Al-Quran dari DPU DT kepada masyarakat. 

Pernah dengar istilah ‘strong woman’ atau ‘setan dibelenggu kalau bulan ramadhan’? Pada masa KKN, aku membuktikan kalau dua hal itu benar. Wkwk. Ceritanya aku, Rita dan Fitri di hari itu kebagian piket TPA di masjid Miftahul Huda, masjid yang jauh dari posko. Selepas maghrib berjamaah, listrik ternyata mati. Suasana yang tidak nyaman di masjid membuat kami ingin pindah lokasi. Kebetulan waktu itu Ibu Siti, salah seorang warga yang biasanya mengajar TPA, mengajak kami ke rumah beliau. Kami bertiga setuju. Selain untuk ganti suasana, juga dalam rangka silaturrahmi. Toh kami belum pernah ke rumah beliau sebelumnya. 

Rumah beliau terletak di sebelah timur masjid. Jalannya agak menurun dan minim penerangan (dalam kondisi normal). Kami menyusuri cor blok menuju rumah beliau diiringi penerangan seadanya; senter redup dan flashlight hp. Beliau bercerita kalau dihari biasa, beliau sering pulang malam di jalan yang minim penerangan ini dan si suami hanya menunggu di jalan depan rumah. Wow. Tangguh dan ya kagak ada apeu apeu. 

Di rumah beliau kami dijamu dengan baik. Banyak suguhan berupa makanan ringan (beberapa diantaranya khas Kulonprogo) yang boleh kami icip. Bu Siti dan suami banyak bercerita mengenai pengalaman KKN tahun ke tahun dan tentang putri mereka semata wayang.

Sebulan di lokasi KKN mengharuskan kami untuk mengunjungi pasar. Tentu persediaan bahan baku pokok yang harus disuplai tiap hari menjadi alasan utama. Kami beberapa kali mengunjungi pasar. Satu yang kuingat aku harus menemani empat anggota kelompok putri; ng kalau engga salah Lutfi, Rita, Nuri dan Fitri. Anggap saja aku ayah yang baik, yang bela-belain ke pasar buat ngangketin belanjaan kebutuhan makan sehari-hari. Btw, Bundanya yang mana? Hahaha. Kami membeli beberapa bumbu dapur dan sayur mayur.

Oh ya, sepertinya ada satu hal yang hanya aku dan Bastian yang sering melakukan. Posko hunter. Wkwk. Jadi, kadang kami sering dirundung kebosanan saat ada di posko. Bastian mengajakku untuk jalan-jalan ke posko teman-teman IP. Tujuannya untuk refreshing, silaturrahmi dan bertukar informasi.

Beberapa diantaranya adalah posko Yeni dan Kunto. Posko Yeni ada di Dusun Duren Sawit, daerah yang lebih pucuk dari posko kami. Jalan menuju posko Yeni juga lebih ekstrem. Duren Sawit merupakan dusun yang dihuni mayoritas umat katolik. Bahkan Yeni dan teman-teman harus tinggal di rumah pak dukuh yang beragama Nasrani. Menurut Irza (ketua kelompok), jamaah Islam yang hadir di masjid hanya 15 orang dan siswa TPA hanya tiga orang anak dari keluarga yang sama. Padahal masjidnya bagus tapi jamaahnya sangat minus. Satu sisi, aku merasa kasihan kepada teman-teman. Air lancar tapi sinyal jelek. Berbeda dengan posko Kunto yang makmur; air lancar dan sinyal melimpah. Ya walaupun mereka mandi di kamar mandi masjid. Haha. Daerah yang Kunto diami mayoritas muslim. Oh ya, Kunto satu Kelompok dengan Dwi (Oms) dan Laili, anak Sosiologi Agama. Posko Kunto ada di daerah pedesaan yang menurutku sudah berdaya atau meski kurang berdaya lokasinya sangat nyaman, tak se-ekstrem poskoku. Di posko Yeni dan Kunto, kami saling menanyakan program kerja. Baik individu maupun kolektif. Rata-rata, program kami senada. Kendala realisasinya tidak jauh beda.

Si Posko Hunter yang ngeksis  di Lokasi KKN tetangga. Btw aku kok yo lali sopo sing take zehahaha
Masa KKN tak selamanya sibuk. Kami memiliki waktu senggang yang bisa digunakan untuk bermain atau jalan-jalan. Nuri mengajak kami untuk main Werewolf. Hm untuk lebih jelasnya (atau kalian berniat memainkannya) bisa searching di internet. Yang kupahami Werewolf adalah bermain peran. Ada beberapa peran yang bisa kita mainkan; Werewolf (peran kejam yang membunuh orang, menyaru dengan penduduk), Seer (memiliki kemampuan khusus dan dapat menemukan Werewolf), Guardian Angel (pemilik kekuatan khusus yang dapat melindungi penduduk), Drunker (pemabuk) dan Villager (penduduk biasa).  Peran yang ada bisa ditambah sesuai kesepakatan. Dari yang saya tahu, peran dalam permainan Werewolf bisa berbeda di tiap negara. Kita menggunakan kartu Remi untuk menandakan peran kita. Misal As untuk Werewolf atau angka tiga untuk Villager. Setelah setiap anak mendapat peran masing-masing, permainan akan dipandu oleh satu moderator. Kami akan diminta menutup mata (untuk menggambarkan situasi malam dimana sang Werewolf membunuh warga) dan kemudian membuka mata (untuk menandakan sesi pagi dimana kita saling mencari sang tersangka; Werewolf). Sebenarnya permainan ini cukup seru, cuma kadang kita kekurangan bahan untuk menuduh seseorang atau melakukan pembelaan. Bagiku, memainkan permainan ini menuntut kita untuk cerdas secara linguistik dan memahami emosi tiap anak (misal lewat mimik) untuk menambah petunjuk siapa sang Werewolf yang menyaru dengan warga. Tapi faktor keberuntungan juga penting. Selama permainan aku sering sekali bernasib sial, menjadi Villager yang dibunuh Werewolf. Haha. Seru sih menurutku.

Ada bagian dimana kami harus melakukan penambahan dana untuk memperlancar kegiatan. Salah satu caranya adalah dengan menyebar proposal. Proposal tersebut berisi program kerja kegitan yang akan kami laksanakan dan rincian dana yang dibutuhkan. Kalau mau jujur, kita mengajukan proposal kepada pihak sponsor semata-mata untuk minta uang, mengemis terhormat. Karena timbal balik yang mereka dapat sebenarnya tidak begitu signifikan. Tapi ini langkah wajib coba. Ada beberapa pihak sponsor yang kami masuki; Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Lazisnas dan Susu Segar. Tidak banyak dan itu beberapa yang saya ingat. Ada yang tembus, tapi lebih banyak yang tidak. 

Masa KKN bagian awal selesai, kami dipersilakan mengambil jeda Idul Fitri. Kepada keluarga dukuh, Kami pamit untuk kembali. Masa KKN bagian dua, menyisakan bagian yang lebih greget. 

See you in the next post...

Komentar