Because Z
20 Pebruari 2016 senada dengan 12 Jumadal Ula 1437
Zil pernah terlibat sesi tanya denganku, aku yang menjadi interviewer.
Saat itu, kulihat Zil memang beda. Tapi semua itu kuanggap biasa, awalnya.
Zil, sejujurnya belum akrab denganku. Waktu itu Zil pernah
menanyakan diriku, memintaku menjadi pribadi yang lain. Bukan Zil, bukan. Kamu
belum akrab denganku. Itu saja, Zil.
Zil adalah adik angkatanku. Wajar. Dia belum kenal denganku
sepenuhnya. Zil tak akan seintensif teman sekalasku dalam bertemu dan
berinteraksi.
Zil, belum begitu aktif di organisasi pada masa awal. Namun
semenjak kami melakukan gebrakan, Zil menunjukkan partisipasinya. Perpustakaan
dan jalan-jalan merupakan hal yang ternyata membuat silaturrahmi semakin kuat
dan rekat.
Zil, menurutku kamu tak benar-benar spesial sih. Masih banyak
yang lebih spesial dari kamu, Zil. Cuma, aku sadar diri. Aku tak spesial juga.
Dan yang tidak bisa kujelaskan, kenapa kamu muncul di benakku, Zil. Karena apa?
Masalah hari lahirmu waktu itu?
Zil, ada satu hal yang membuat perspektifku berbalik
tentangmu, berubah total atasmu. Hanya saja ia ganjil, bagai pelangi muncul
tanpa hujan.
Zil, sebenarnya aku sedang lelah, lahir dan bathin. Siklus
ini menyiksaku. Perjalanan ini belum selesai. Saran mereka adalah tetap melalui
karena memang masih panjang. Tapi Zil, aku lelah. Tujuanku belum sampai,
pencarianku belum purna. Sementara aku inginkan hariku yang normal. Lalu kamu
hadir.
Zil, samar-samar kulihat bayangan di ujung lorong. Itukah
kamu?
Zil, jangan terlalu jauh.
Zil, biarkan kuraih tanganmu.
Zil, Zil, Zil...
Zil, aku suka senyummu. Tetap ceria ya...
Source: Google Image |
Komentar
Posting Komentar