Jangan Panik Mari Ke Wedi Ombo
16 Januari 2016 senada dengan 06 Rabiul Akhir 1437
Akhir pekan datang, jangan cuma senang di kamar. Mari keluar
menyingkap tirai, lihatlah Indonesiamu yang mengagumkan.
Hari ini aku mau jalan-jalan. Acara bersama temen-temen OMIP
Liberty bertajuk ‘jangan panik mari piknik’. Kegiatannya adalah jalan ke pantai
Wedi Ombo, Girisubo, Gunungkidul. Temen-temen PSDA, tepatnya Ari dan Juki,
sudah mempersiapkan ini untuk acara akhir pekan. Yap libur pasca UAS dan selama
masih ada yang belum mudik, lanjut vroh.
Hm perlu dipersiapkan baju ganti, obat pribadi, uang-camilan
secukupnya dan perlengkapan berkendara. Jam 07.00 kami kumpul dulu di poli
klinik UIN SUKA. Cek kelengkapan personil, briefing untuk perjalanan dan
berdoa. Sekitar 08.45 kami berangkat. Rutenya lewat jalan Solo, Janti belok
kanan, ringroad, belok kiri di jalan Wonosari, terus ke Pathuk Gunungkidul dan
terus ke selatan. Enggak paham sih aku. Haha.
Sempat kami mampir di SPBU. Mengisi BMM, cek ban dan membuat
tanda untuk rombongan berupa pita kuning yang diikat di motor masing-masing.
Dan perjalanan lanjut lagi. Hm apa yang perlu kusampaikan ya di perjalanan?
Enggak ada kayanya. Kan cuma main gas di jalan he. Kita bikin formasi. One
shaf kalau ramai, two shaf kalau sepi.
Kami mampir dulu di rumah Dwi. Ada Hanifah juga disana. Jum,
ganti motor disana. Mungkin cari aman sebab motornya kadang bermasalah. Jadi
pakai motor Hanifah. Dan perjalanan pun lanjut lagi. Sesekali, aku mengambil
gambar mereka. Plus juga ambil video saat perjalanan. Dan susah juga ternyata.
Hehe.
Tim kami ada berapa motor ya? Lupa e. Banyak. Aku sama Fiqie,
Ari sama mbak Fatim (mereka di depan sebagai penunjuk jalan), Jum sama Laras,
Anis sama Adcha, Mas Tori sama mbak Titis, mas Ikhsan sama mas Aziz, mbak Hanik
sama mbak Rizki, Bahar sendiri, Dwi sama Hanifah, Putri sama Dista, Anis sama
Cicik, Lina sama Fara, Marta sama Fajar (kaya e), Ateja sama Hawa, Irvan sama
Imam, dan Juki sama Endah (dibelakang sebagai pengawas).
Kami melewati jalanan Gunungkidul yang naik turun dan belokan
tajam. Pikirku tikungan Gunugkidul lebih tajam dari tikungan MotoGP.
God. It’s really terrible. Untungnya Fiqie jago meliuk di jalanan. Btw
rata-rata kami mellihat pepohonan di kanan-kiri jalan. Tapi herannya pemukiman
penduduk banyak. Minimarket dan SPBU juga ada. Heran saya.
Ada cerita yang menyebalkan terjadi. Entah di daerah mana,
tiba-tiba ada cegatan polisi. Sial. Beberapa teman kami ada yang kena tilang.
Dong deng. Padahal rute ini dipilih karena dinilai aman. Tapi ya sudahlah. Apes
emang enggak kemana. Katanya juga kalau perjalanan enggak ada masalah malah
enggak greget. Kasihan sama yang kena tilang, cuma apa mau dikata.
Sekitar jam sebelas siang lebih beberapa menit, kami sampai
di lokasi. Gila lama banget di jalan. Aku sampai kesel duduk berjam-jam. Gimana
yang nyetir? Mbuh. Di lokasi kami memarkir sepeda dan membayar pakrir. Oh ya,
retriubusi kami 10k. Uang tersebut saat terkumpul sudah mencukupi untuk bayar
masuk tempat wisata, parkir dan kebutuhan lain. Keren enggak tuh? Wkwk.
Saat tiba di pantai yang harus dilakukan pertama adalah
mencari tempat untuk sejenak rehat, briefing dan shalat dhuhur. Kami memilih di
musholla. Letakkan barang, bersiap shalat. Itu yang pertama kupikir. Kulihat,
toilet yang ada sangat tidak representatif. Akhirnya aku memilih untuk wudhu
dengan air laut. He. Lalu aku pun shalat duluan, mengimami banyak jamaah putri.
Sementara pria yang lain masih menunggu giliran kamar mandi.
Shalat selesai, rasanya lega. Dan kami briefing sejenak.
Acaranya free, dalam artian kita bebas ngapain aja dan bisa kemana aja di
lingkungan pantai Wedi Ombo. Batas waktunya jam 3 semua harus kumpul,
bersih-bersih dan pulang. Josh. Let’s go.
Karang. Pantai ini penuh dengan karang. Gila. Perlu hati-hati
sih saat renang. Tapi viewnya bagus. Sejauh mata memandang pemandangannya
keren. Lautnya biru banget. Walau enggak bening-bening amat. Banyak pepohonan
yang tumbuh. Pasirnya masih putih. Josh pokoknya. Tapi ada yang bikin bingung
sih yaitu ambil view. Dengan sebegitu banyaknya pemandangan harusnya banyak
obyek yang bisa diambil. Tapi enggak greget deh hasilnya. Banyak yang asal
jepret. Pokoknya saya banyak mencoba untuk ambil. Hasilnya... lumayan. Setelah
proses pemilahan di akhir, dan ada editing, banyak juga hasil yang memuaskan.
Semua sudah saya post di instagram, follow @akmal_faradise. Enggak di ‘gembok’
kok. Hahaha. Nanti fotonya saya sertakan di bawah.
Selain foto-foto hal yang menyenangkan adalah berenang. Iya
dong kan lagi di pantai. Hihi. Ah aku aja kalau ngeliat air langsung kesemutan
pengen mandi. Jebyur-jebyur. Ya gitu deh. Air yang biru membuat suasan berenang
asyik banget. Asin enggak masalah haha. Cuma ya tetap harus berhati-hati pada
karang. Kemarin, punggungku dan siku bagian kananku berdarah, tubuhku ditabrak
ombak cukup kuat dan menabrak karang. Waow. Untuk sementara aku menepi, meminta
bantuan teman-teman untuk mengusap lukaku dengan tisu. Kasihan, mereka bergidik
tidak tega. Aku? Biasa wae.
Ada spot unik sebenarnya di Wedi Ombo. Di bagian selatan, ada
sebuah karang besar yang diteangahnya terbentuk kolam. Keren. Kami kesana untuk
melihat. Dan ketika sampai, memang benar keren. Aku banyak menjepret dan
kebetulan dapat banyak view bagus. Lagipula Cha ada disana sebagai pembanding.
Ahahaha...
Setelah puas melihat keindahan kolam karang, aku dan
teman-teman kembali ke tempat awal. Aslinya, lukaku belum sembuh tapi melihat
teman-teman asyik berenang... cebur lagi. Aku yakin, kandungan garam pada air
laut dapat menyembuhkan luka secara alami. Makanya kurelakan perih ini lepas.
Terbukti, aku tidak merasakan sakit dan memang lukanya cepat menyembuh.
Beranang kali ini lebih gokil. Ada yang motoin dari atas. Terus ada beberapa
gerakan dan game yang kami lakukan ahaha.. Begitulah.
Waktu pun menunjukkan jam pulang. Beberapa menit kemudian aku
melangkah ke daratan dan teman-teman pun antre kamar mandi untuk membersihkan
diri. Lepas semua itu kami foto bersama dan pulang bersama.
Dalam perjalanan pulang, kami sempat mampir ke sebuah masjid
untuk shalat ashar. Bagaimana dengan makan? Nanti. Cari yang enak. Ahah... Oh
ya, di perjalanan aku sempat merekam video dengan tongsis. Mirip video yang
dibuat anak-anak traveler. Pakai kamera depan, tongsis diangkat dan semua muka
menatap. Situasi perjalanan jadi kelihatan. Aku jadi kaya orang gila waktu.
Masa pegang tongkat di jalan buat ngerekam? Astaghfirullah.
Entah apa nama daerahnya, tapi saat hampir maghrib kami
mampir di sebuah warung makan. Rata-rata temen-temen menyantap bakso dan mie
ayam. Hehe. Saat lapar, semua terlihat lezat dan pastinya lewat tenggorokan
dengan mudah.
Hari sudah malam saat kami pulang. Setidaknya aku sudah
menyelesaikan shalat maghribku dengan tenang di masjid sebelu go lagi. Di dekat
rumah Dwi, Fiqie berhenti dan posisinya kuganti. Katanya, penglihatannya
sedikit terganggu kalau malam. Hanya sekelabat cahaya yang terlihat. Ya aku mun
menyetir dan...
Sampai juga kok di kos. Aku tahu nyetik kok. Wekkk. Haha...
Ok cukup begini ceritaku. See ya next time...
All Source: Huawei Y3 Camera
Komentar
Posting Komentar