Mempertanyakan Aksesibilitas Difabel
Tertanggal 17 Pebruari 2017 senada dengan 20 Jumadal Ula 1438 Semenjak kuliah di UIN, porsi saya berkomunikasi dengan teman-teman berkebutuhan khusus menjadi tinggi. Teman sekelas saya termasuk people with disabilities (PWD). Itu persepsi orang. Bagi kami mahasiswa UIN, mereka lebih tepat disebut difabel (serapan dari bahasa Inggris untuk istilah “diffent abilities”). Mengapa? Mungkin saya ceritakan saja pengalaman saya mengikuti Seminar dan Talkshow di UGM bertemakan ‘Mewujudkan Aksesibilitas dan Layanan Bagi Difabel Menuju Terbentuknya Perguruan Tinggi Inklusif’. Catatan berikut setidaknya menawarkan cara pandang terhadap para difabel, persepsi yang tidak sepenuhnya baru namun sering luput diperhatikan. Sebuah cara pandang moderatif dan inklusif. Ketua panitia kegiatan ini difabel. Hm saya lupa namanya tapi beliau tuna rungu total. Selain laporan panitia beliau banyak menyampaikan informasi. Beberapa diantaranya adalah tentang beliau pernah menginiasi UKM Difabel di UGM pad...