Halo Bandung! Ini Kami HMPII
1-5 Oktober 2015
Bukan masalah kapan cerita itu ditulis, tapi apa yang ingin
disampaikan. Bagaimanapun, kenangan waktu itu tak mau kubiarkan luntur dalam
ingatan yang kadang bisa karatan atau hanya membusuk dalam tumpukan draft
tulisan yang tak tersentuh.
Rencanaku begitu, rencana-Nya mungkin berbeda.
Dua bulan sudah lewat dari hari-hariku di Bandung. Kadang
kangen juga dengan teman-teman. Baik teman-teman HMPII yang kala itu kongres
bareng atau juga panitia. Eh?
Tulisan ini sudah beda jauh dengan embrio awalnya. Ibarat
penelitian kualitatif, yang judul dan fokus penelitian dapat berubah; entah
saat proposal, entah saat mengumpulkan data, entah ketika menyusun skripsi.
Entah seperti apa tulisanku saat cerita ini selesai lebih awal. Tapi bagaimana
pun, cerita tentang Bandung harus selesai. Sejelek apapun itu, tetap akan
kutulis. Tentu tak akan menggambarkan secara keseluruhan.
Hari pertama, adalah perjalanan ke Bandung. Bersama dua
temanku, Ani dan Adcha, kami berangkat dengan kereta. Malam bergerak dari
Lempuyangan, subuh sampai di penginapan. LO (Liaison Officer) kami juga memberi
arahan dengan baik. Panggil dia, Salsabilla.
Hari itu jumat. Kegiatan pra shalat jumat adalah seminar
nasional. Temanya adalah bagaimana kita mengahadapi MEA. Pengisi acaranya
adalah bapak Agus Rusmana dan Suherman. Keren sih menurutku pendapat mereka.
Selepas jumat, acara selanjutnya adalah kongres, yang
ternyata berlalu sampai hari minggu jam 3 pagi. Apa yang kita bicarakan?
AD-ART, GBHO, dan rekomendasi. Selain itu ada pemilihan ketua umum dan tuan
rumah untuk acara HMPII ke depan. Oh ya hampir lupa acara yang kuiikuti adalah
kongres nasional ke V HMPII di Bandung. Tapi tepatnya di Jatinangor, Sumedang,
itu kata temen-temen UNPAD.
Akhirnya, cerita itu tak bisa kutulis sempurna. Ingatan ini
terlalu lemah untuk menggali kembali. Sedangkan catatan, ternyata kubiarkan
terbengkalai. A’ow.
Padahal banyak pengalaman seru yang bisa kuceritakan. Mulai
dari saat asyik bersama teman seasrama, ketegangan di ruang sidang sampai malam
manis saat gala dinner.
Benar adanya apa yang tertulis adalah mengabadi. Cuma, apalah
dayaku kali ini. Semoga, ingatan cerita kita tetap terukir indah di hati dan
sanubari, saudara IP-ku.
Dari kiri: Hadira, Ayik, Ani, Akmal, Riffa, Tika, Ari | Source: Dokumentasi Hadira |
Komentar
Posting Komentar