Kali Kedua dan Ternyata Bersama Mereka
24 Desember 2015 senada dengan 12 Rabiul Awal 1437
Aku tidak memiliki agenda secara jelas hari ini. Semalam
tidak sengaja nanya di grup agenda temen-temen yang ambil kelas literatur anak.
Eh dapat ‘kecelakaan yang menyenangkan’.
They Are |
Aku diajak panitia TPA MUI. Rencana mereka akan mengajak
adik-adik TPA untuk berkegiatan di Monjali (Monumen Jogja Kembali). Kegiatan
ini merupakan sebuah peringatan Maulid Nabi SAW dan sekaligus kegiatan hari
libur. Lalu ada kolaborasi dari temen-temen kelompok literatur anak yang
beranggotakan Anis, Anggi, Ina dan Riffa. Kusebut ini sebagai simbiosis
komensalisme. Oh ya Ani juga ikut. Mungkin karena diajak Rima yang merupakan
panitia kegiatan. Kegiatan jelasnya akan diterangkan di pargaraf selanjutnya.
Kami menuju Monjali dengan menggunakan bus. Anak TPA yang
ikut lumayan banyak. Mungkin sekitar 30an anak. Maka kendaraan muat banyak
diperlukan. Sedangkan teman-teman yang lain menggunakan motor.
Selepas administrai per-tiket-an diurus Khalif dkk, kami
masuk. Anak-anak dibriefing dulu mengenai apa yang harus dilakukan dan dibagai
dalam kelompok yang telah ditentukan. Hal ini untuk memudahkan komando. Selain
itu mereka didampingi kakak TPA MUI dan teman-teman.
Anak-anak diajak untuk mengelilingi museum mulai dari lantai
satu yang didalamnya terdapat banyak barang peninggalan sejarah (review lebih
luas tentang Monjali dapat dilihat di blog ini). Setelah itu menuju lantai dua
yang berisi diorama dan berakhir di lantai tiga pada ruang doa. Di luar ruang
(masih lantai 3) kami sejenak rehat.
Kegiatan dilanjutkan dengan mendongeng. Awalnya Rima
membawakan cerita tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tidak banyak memang
karena pernah disinggung sebelumnya di waktu berbeda. Cuma aku kagum melihat
caranya berkomunikasi dengan anak-anak. Kelihatan lancar dan menarik. Aku sih
belum. Belum... mau.
Anggi dkk tampil selanjutnya dengan membawakan dongeng
tentang ‘kucing yang bandel’. Anak-anak yang lain menjadi alat peraga. Loh?
Enggak sih tepatnya megangin alat peraga. Aku tak begitu menyimak apa yang
mereka sampaikan. Sudahlah. Hahaha. Setidaknya begitu sampai, ternyata, mereka
selesai. Tidak cuma mendongengnya tapi sampai pembagian hadiah.
Foto-foto merupakan kegiatan yang anak eksis lakukan. Ya
semenjak bergaul dengan anak IP A aku jadi merasa tidak kampungan lagi. Makasih
teman-teman. #eaaaaaa
Waktu ini juga ishoma. Jadi bebas berkegiatan. Selepas
shalat, kami makan siang. Dan kegiatan dilanjutkan dengan berbagai game.
Kulihat anak-anak menikmati momen ini meski lelah. Aku juga senang sih, senang
melihat mereka senang.
Game selesai. Kegiatan usai. Hadiah bagi kelompok yang menang
dibagikan di MUI saat pulang nanti. Hari sudah lewat dari titik tengahnya, kami
pulang dengan muka lelah namun hati senang.
Jujur, mungkin tulisan ini tak layak publish. Jadi
memang sepantasnya saya meminta maaf. Banyak memang tulisan saya di blog yang
kurang baik tapi tetap terbit. Ada beberapa alasan diantara agar saya tetap
menulis, agar blog tetap hidup dan agar moment yang saya lewati tidak hilang
begitu saja.
Hal yang ingin saya sampaikan adalah saya senang dengan
kegiata hari ini. Selain karena kegiatan seru dan anak-anak beroleh keceriaan,
ada pemandangan yang lucu. Ya lucu menurut saya dimana temen-temen MUI berbaju
batik sebagai panitia, empat orang aktor utama (dalam kegiatan dongeng) dan
saya hanya sekedar backing powder eh backing vocal. Mungkin bisa
di lihat pada gallery foto yang ada. He.
Saat di Monjali, sebenarnya saya tidak begitu fokus dan tidak
membawa alat catat yang baik. Ingatan saya terbatas tidak sebaik anda. Jadi ya
beginilah kualitasnya. Sebenarnya memory bisa saya lebih dalam tapi waktu dan
tugas tidak memungkinkan. Kesal tapi apa daya. Lagipula kondisi saya di
lapangan tadi tidak baik. Lelah dan mengantuk mungkin saja menjadi penyebabnya
karena sering kali dua hal tadi menghampiri. Tapi yang menjadi penyebab utama
adalah silau, mata saya tidak kuat dengan intensitas cahaya yang begitu tinggi
di area Monjali.
Sorry nyempil, tapi saya baru tahu bahwa ada sisi seram
(tepatnya wahana seram) di Monjali. He.
Mungkin nanti akan muncul tulisan teman saya tentang cerita
serupa namun lebih sempurna. Silakan ditunggu saja. Dia yang bisa menulis lebih
detail ‘deskripsi rasa’ dan memiliki gaya tulisan menggelisirkan hati. Seorang
blogger dan penulis yang saya kagumi. Semoga itu mengobati kekecewaan anda atas
tulisan ini, semoga tulisannya bisa menambal kekurangan tulisan saya dengan
utuh. Tunggu saja ya. :)
Gallery (Source: Coolpad Roar Camera | Doc. faradigm)
Silakan bayangkan sendiri tentang caption :)
Komentar
Posting Komentar